Kamis, 31 Mei 2012

GURU TAI CHI CHUAN :: YANG LU CHAN


:: YANG LU CHAN ::

Yang Lu Chan adalah pecinta seni beladiri yang mempelajari beladiri aliran keras dari banyak guru. Suatu ketika, ia terlibat perdebatan dengan seorang anggota keluarga Chen. Perdebatan berlangsung sengit, hingga akhirnya terjadi duel. Dalam duel itu, Yang terjatuh dan kalah. Ia kecewa karena kemahirannya dalam beladiri masih amat rendah dibandingkan keluarga Chen. Maka dari itu, ia meminta pertandingan ulang, dan sementara itu ia melatih diri lebih giat.

Pada pertandingan ulang, lagi-lagi Yang kalah. Dan benar-benar kecewa karena kalah lagi. Kejadian ini membulatkan tekadnya untuk belajar beladiri aliran keluarga Chen.

Sesungguhnya, beladiri aliran keluarga Chen yang Tai Chi Chuan ini hanya di ajarkan khusus kepada anggota keluarga, dan mereka menetap disebuah perkampungan khusus yang bernama Chenjiagou. Sedangkan yang mengalahkannya waktu duel itu adalah keponakan laki-laki guru Besar.

Yang berharap agar dapat mendekat dan belajar disana. Tetapi ia tahu pendekatan langsung tidak akan berhasil. Oleh karena itu ia mendekati dengan cara lain. Yang memutuskan untuk menyamar menjadi pengemis. Selanjutnya ia membuat dirinya seolah-olah bisu dengan menelan batu bara panas. Dengan kondisi yang demikian, ia berharap Guru besar tersentuh hatinya.

Hingga akhirnya ia diterima sebagai murid di sana. Dan berkat kerajinannya, ia menjadi pelayan kepercayaan dan di ijinkan masuk ke ruang dalam. Meski sudah tinggal bertahun-tahun, Yang tidak mendapat petunjuk sedikit pun tentang beladiri keluarga Chen. Hingga suatu malam, ketika ia telah tidur nyenyak, Yang terbangun oleh teriakan orang berlatih yang berasal dari gedung belakang. 

Yang bangun, melompati tembok, dan mencari asal suara. Dengan hati-hati, ia melobangi jendela kertas dan melihat guru Chen sedang memberikan instruksi tentang teknik ‘menarik dan mendorong’ serta ‘menerima’ energy. Dengan cermat ia perhatikan gerakan-gerakan tersebut. Sejak saat itu ia menghafal gerakan-gerakan tersebut, dan melatihnya diam-diam di kamar. Karena sudah memilki dasar beladiri yang sangat baik, Yang dengan mudah menguasai teknik-teknik tersebut. Ditambah lagi dengan keuletannya, kemampuan Yang berkembang sangat pesat.

Pada suatu malam, ketika ia sedang berlatih, Yang dikagetkan dengan munculnya sang guru besar yang sedang memperhatikan latihannya. Pada zaman itu, di Cina, bagi orang yang dengan sengaja mencuri ilmu orang lain, harus menyerahkan tangan kanannya atau kepalanya sendiri sebagai ganti. Tetapi ucapan guru besarnya itu malah mencengangkan Yang, karena ia hanya mengatakan ;

“Apakah kamu kira saya tidak tahu ketika kamu mengintip kami latihan? Saya sengaja membiarkanmu karena saya ingin melihat seberapa besar minat dan kepandaian yang kamu peroleh. Jika kamu tidak dapat menunjukkan kemahiran itu, saya sendiri yang akan membunuhmu!”

Kemudian, ia mengetuk kepala Yang tiga kali, dan berlalu serta meninggalkan pertanyaan yang membingungkan di kepala Yang. Sejak saat itu, Yang mendapat instruksi khusus dari guru besar setiap jam 3 pagi, tanpa ada seorang pun yang tahu. Dengan demikian, Yang Lu Chan adalah orang pertama yang bukan keluarga Chen, yang diajari beladiri aliran Chen tersebut.

Pada pertandingan yang diadakan setahun sekali oleh keluarga Chen, Yang diminta oleh guru besarnya untuk ikut bagian. Ternyata hasilnya sangat mengejutkan, satu persatu keluarga Chen dapat dikalahkannya. Guru besar sangat takjub dengan kemahiran dan kejeniusan Yang. Maka dari itu, ia pun diajari lebih dalam lagi tentang teknik-teknik rahasia keluarga Chen. Setelah tamat belajar, ia mendapat pesan untuk selalu mengembangkan Tai Chi Chuan yang sudah dipelajarinya.

Setelah 3 tahun mengembara dan terkenal dengan sebutan ‘Yang tidak terkalahkan’, ia mendirikan perguruan Tai Chi Chuan di Beijing. Yang juga ditunjuk sebagai pelatih tentara kerajaan serta instruktur battalion perang Manchu. Keahlian Yang dikenal dengan ‘Hua Chuan (tinju penetralisir atau ‘Mien Chuan (tinju fleksible)’ karena gerakannya sangat lembut.

Watak Yang sangat terus terang dan penuh semangat. Yang sangat suka bertanding dengan pendekar dan guru dari beladiri aliran lain. Bila ada pendekar yang berilmu tinggi, ia akan mendatanginya dan memintanya untuk bertanding. Tak jarang pula ia ditolak, malah kadang Yang sering memaksa untuk bertanding. Namun, dari banyaknya lawan yang menghadapinya, ia tidak pernah mencederai sang lawan sedikit pun.

Kenyataan tersebut dibuktikan pada saat Yang berada di Kuang Ping, dan berduel dengan seorang pesilat di atas atap rumah. Saat itu lawannya sudah kalah dan terjungkal kebelakang. Karena sudah kehilangan keseimbangan, lawannya sudah tak mampu berdiri tegak dan tubuhnya condong kebelakang nyaris terjatuh.

Yang melompat dari jarak 30 kaki, dan mencekal kaki lawannya yang nyaris jatuh dari atap. Tindakannya berhasil menyelamatkan nyawa sang lawan.

Dalam berpergian, Yang selalu membawa tombak pendek, dan sebuah tas. Di samping ilmu Tai Chi Chuan, Yang juga menguasai ilmu tombak yang sangat mengagumkan. Semata-mata dengan jentikan tangkai tombaknya, Yang dapat mengambil dan mengangkat sasaran ringan yang ada ditanah. Sambil menunggang kuda, ia mampu melempar anak panah tanpa busur hanya dengan jarinya. Sedemikian hebatnya Yang setiap ia melempar panah, setiap lemparan itu pula yang kena.

Di bagian barat hiduplah seorang tuan tanah yang kaya bernama Chang. Chang sangat tergila-gila dengan beladiri, hingga ia mempekerjakan 30 orang guru ahli beladiri dari 30 daerah yang berbeda di Cina. Mendengar reputasi Yang, Chang meminta sahabatnya, Wu, untuk mengundang Yang sebagai guru pribadinya. Ketika Yang datang, Chang sama sekali tidak respek karena Yang berperawakan kurus, pendek, dan sederhana.

Ia meremehkan Yang, dan memberikan layanan ala kadarnya. Yang menyadari itu, dan mengambil tempat duduk dan menuangkan araknya serta meneguknya sendiri. Melihat itu, Chang tidak senang dan berkata, “Saya sering mendengar reputasi anda. Tetapi saya ragu apakah Tai Chi Chuan bisa digunakan untuk memukul orang?”

Dengan tenang, guru Yang menjawab, “Hanya 3 jenis orang saja yang tidak bisa dipukul”. Chang bertanya lebih lanjut, “Siapakah itu ?”

“Orang yang terbuat dari kuningan, orang yang terbuat dari besi, dan orang yang terbuat dari kayu. Selain itu, tiada yang sulit.” Jawab guru Yang dengan tersenyum.

Chang berkata, “Saya memiliki 30 orang pesilat di rumah ini. Dan pelatih Liu lah yang paling kuat. Guru Liu mampu mengangkat beban 500 pound. Sanggup kah anda melawannya?”

Guru Yang mengangguk dan berdiri. Liu berperawakan besar, tinggi kekar bak harimau. Pukulannya mengeluarkan bunyi menderu. Saat Liu menonjok dengan kekuatan penuh, Yang tidak bergeming sedikit pun dan menunggu tinjunya mendekat. Saat sudah mendekat, Yang bergerak menetralkan pukulan Liu dengan bergerak sedikit kearah kanan. Seketika kekuatannya hilang, dan guru Yang mendorong sedikit saja Liu dengan tangan kirinya. Dan tubuh Liu mencelat tinggi lebih dari 30 kaki.

Pada kesempatan yang lain, saat Yang sedang memancing di hulu sungai, lewatlah dua orang guru Shaolin. Mereka jeri untuk menantang langsung, jadi mereka memilih untuk mendorong yang dari belakang hingga tercebur, dan rusaklah reputasi Yang. Namun, indera Yang sangatlah tajam. Ia mengetahui ada serangan mendadak, dan menggunakan teknik ‘mengelus surai kuda’. Yakni merendahkan kepalanya dan menaikkan punggungnya.

Kedua guru Shaolin itu tercebur, dan Yang pun berkata, “Hari ini kalian beruntung. Jika di darat, saya ingin mencoba kalian lebih lama lagi. Kita jajal kemampuan masing-masing dan kalian tidak akan lolos dengan mudah.” Mendengar ucapan Yang yang demikian, mereka kabur dan menyelam kedalam air.

Pada suatu hari, guru Yang pergi ke Peking dan bertemu dengan seorang petinju tenar bersama temannya yang mencegat Yang. Ia menantang Yang, tetapi ditolak berkali-kali. Karena ditanggapi demikian, sang petinju pun berkata, “Rupanya yang digembar-gemborkan sebagai pendekar besar itu hanya lah seorang pengecut!”

Pada akhirnya, Yang tidak dapat menghindar lagi dan sambil tertawa ia berkata, “Baiklah, kalau begitu. Anda pukul saja saya 3 kali.” Mendengar itu, petinju tersebut sangat gembira dan segera menonjok perut Yang dengan teknik tinjunya yang sudah banyak makan korban.

Tetapi, sebelum tawa Yang usai, si petinju sudah terlempar jauh. Temannya bahkan tak melihat bagaimana Yang mengatasi pukulan ke perut tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar