Selasa, 29 Mei 2012

2 Pendekar Besar Pa Kua Cang [2]


:: YIN FU ::
Yin Fu yang juga terkenal dengan sebutan Te An dan Shou Peng berasal dari desa Chi di propinsi Hopei. Pada masa mudanya ia berangkat ke ibu kota dan berbisnis kecil-kecilan sebagai pengasah gunting dan pisau. Kemudian menjual kue kering panas di jalanan. 

Yin Fu memiliki reputasi yang bagus, karena sudah mempelajari Hua Chuan. Ia juga mendengar reputasi Tung Hai Chuan (Biografi singkatnya ada di note yang sebelumnya). Dan memindahkan lokasi penjualannya ke dekat Istana. Ia selalu menantikan kesempatan menyaksikan aksi Tung sambil berjualan. Bahkan jika dagangannya sudah habis, ia rela duduk menunggu di gerbang istana berharap agar dapat bertemu dengan Tung.

Kebiasaan ini berlangsung lama, walau ia tak sekalipun bertemu dengan Tung. Namun, setelah sekian lama, Tung pun mendengar keuletan Yin Fu. Dan ia pun mengundang Yin Fu ke istana, dan mengenalnya sebagai orang yang baik. Tung bersedia mengangkatnya sebagai murid.

Yin Fu menjual dagangannya agar dapat berlatih siang dan malam. Pada awalnya ia mempelajari Lohan Chuan (Shaolin Lohan). Selanjutnya Pa Kua Cang yang dilatihnya sepanjang hari. Tak peduli siang atau malam, panas atau dingin.

Sewaktu Tung meninggalkan istana, Yin Fu telah menguasai Pa Kua Cang dengan sangat baik, disamping ilmu pedang dan tombaknya Tung. Karena Yin Fu mengorbankan semua bisnisnya, hanya kepada nya lah Tung mengajarkan semua ilmunya.  Dan kebanyakan murid Tung itu dilatih oleh Yin Fu.

Perangai Yin Fu sendiri lembut, tetapi serius. Tinggi kurus, namun gagah.  Dan dijuluki Shou Yin (Yin Kurus). Murid-murid yang belajar padanya, akan diajari berurutan Shaolin Lohan, lalu Pao Chui, Kung Li Chuan, dan akhirnya Pa Kua Cang.

Selama pemberontakan Boxer, dan ketika delapan tentara menyerbu Beijing, janda permaisuri/ratu memutuskan untuk berlindung di kota terlarang. Ia memilih sendiri siapa-siapa yang jadi pelindungnya, sedangkan Yin Fu jadi pengawal pribadinya.

Setelah Tung Hai Chuan meninggal, kota dibagi dalam 4 bagian. Utara, selatan, timur, dan barat. Yin membawahi murid-murid Tung di bagian selatan kota. 

Yin Fu sendiri berasal dari keluarga miskin, saat kehidupannya sudah membaik, ia sering mengirimkan bahan makanan dan pakaian kepada keluarganya di kampung. Ia sangat dihormati muridnya karena karakternya yang memang sangat baik dan juga kepala keluarga yang baik. Selanjutnya ia membuka usaha toko porselen.

Yin Fu adalah pakar Lohan Chuan, maka dari itu Pa Kua Cang nya sangat terasa dipengaruhi oleh gerakan Lohan Chuan. Ia juga sangat jago ilmu ringan tubuh, dan menjadi orang pertama yang di istana di kenal dengan sebutan ‘telapak lidah sapi’. Pola telapak tangan dan jarinya lima jari bersama-sama membentuk titik pisau. Alirannya menggunakan telapak menusuk seperti itu menjadi sikap utamanya. Terdapat 8 rangkaian yang setiap gerakannya mengandung 8 gerakan tangan, sehingga semuanya berjumlah 64 gerakan tangan.

Yin Fu meninggal tahun 1911 dalam usia 69 tahun. Dari semua muridnya, hanya 3 orang saja yang benar-benar mewarisi kepandaiannya; Ma Kui, Kung Pao Tien, dan Tsui Chen Tung.

-----------------------------------------------------------------------------

:: CHENG TING HUA ::
Ia merupakan murid dari Tung Hai Chuan yang terkenal. Berasal dari desa Cheng di kabupaten Chi, Propinsi Hopei. Pindah ke Beijing, ia membuka toko optik di dekat kuil Semangat Api di jalan Ssu Shuai di Plaza Pasar Bunga. Sejak muda dia adalah orang terbaik di beladiri Shuai Chiao. Selain itu ia juga dikenal karena kemampuan melemparkan senjata rahasia. Ia sendiri merupakan teman baik Yin Fu (biografinya di atas), dan Shih Chi Tung.

Ia sering mendengar teman-temannya itu bercerita tentang Tung Hai Chuan. Ia pun mengutarakan keinginannya untuk menjadi murid Tung, dan mereka berdua membantu Cheng dengan merekomendasikannya kepada Tung. Saat itu usianya sekitar 28 tahun.

Ia diterima dan diajari Tung sekitar setengah tahun lamanya. Dalam waktu singkat begitu, Tung melihat bakat Cheng yang luar biasa, termasuk kecerdasannya yang tergolong super jenius. Selain itu, Tung juga tertarik dengan kebijaksanaan Cheng dan kebaikan hatinya. Dan padanya, Tung mengajarkan ilmu rahasianya. Dan dalam bertahun-tahun, Cheng mencapai level yang sangat tinggi. Olehkarena itu, setiap penantang yang datang ke perguruan dan ingin menantang Tung, harus melawan Cheng terlebih dahulu.

Cheng sangat ahli memutar tenaga lawan, dan menjungkalkan diri lawannya hanya dengan mengembangkan sedikit tangannya. Akhirnya, seijin Tung, ia diberi ijin untuk mendirikan perguruan sendiri.

Perangai Cheng sangat menuruti kata hati, walaupun perawakannya pendek, tetapi ia sangatlah kuat. Dalam setiap pertarungan ia suka menggunakan gempuran tunggal dan hampir selalu berhasil menjungkalkan lawannya hanya dengan sekali serang. Dalam Pa Kua Cang, ia dikenal dengan sebutan telapak  cakar naga. Dan mengkombinasikannya dengan Hsing-i. sehingga kadang Pa Kua Cang nya menyerupai Hsing-I, termasuk langkah dan telapak tangannya.

Ia mengenakan rompi yang berisi serbuk besi seberat 10 pound, sepanjang hayatnya. Baik di saat berbisnis, berlatih, tidur, dan tidak pernah meninggalkan rompinya tersebut dan tidak peduli cuaca yang panas atau dingin. Ia berlatih hantaman pada karung pasir seberat 300 pound setiap hari.

Kekuatannya sangat kuat. Ia menggunakan segentong air yang di gantung dengan tali, dan menggunakan satu tangannya untuk mengangkat gentong air tersebut naik turun 10 kali. Sambil mengangkat gentong air  tersebut, ia bergerak melingkar 3 kali. Air yang didalam gentong tersebut tidak tumpah sama sekali. Tanpa terlihat kelelahan dan wajahnya tak pernah memerah.

Karena reputasinya yang demikian, banyak orang yang berusaha untuk menantang Cheng dan membuatnya malu, tetapi selalu gagal. Suatu hari datang seorang berperawakan besar dan kasar menantangnya bertarung. 

Cheng menyodorkan tangan kanannya dan berkata, “Jika anda dapat mengangkat tangan saya, maka saya menyerah kalah.”

Orang tersebut menggunakan bahunya dan mengangkat tangan Cheng. Ia menggunakan kekuatan penuh, tetapi Cheng sama sekali tak bergerak. Dengan ringan, Cheng menekuk sikunya kebawah dan penantangnya terjengkang. Dan baru bisa bangun setelah cukup lama.

Cheng bersahabat baik dengan para pendekar dan guru Hsing-I, salah satunya adalah Kuo Yun Shen. Dia adalah salah satu teman dekatnya. Ketika Kuo datang ke ibu kota, dengan maksud untuk menantang Tung Hai Chuan, guru nya Cheng. Dia meminta pendapat Cheng tentang niatnya itu.

Cheng pun berkata; “Kita berasal dari desa yang sama, dan telah lama berteman baik. Jadi jujur saja, saya sarankan lebih baik engkau batalkan niat mu. Karena pertandingan itu dapat merusak reputasimu. Tung sangat senang bertanding, 10.000 orang telah dijatuhkannya. Bagaimana kamu dapat berharap menang? Saya mohon dengan rendah hati agar tidak usah pergi saja.”

Kuo mendengar nasehat Cheng, setelah Cheng selesai meminum tehnya, Kuo berkata; “Bagaimana kalau jika kau mencoba Beng Chuan ku?”

Saat itu pukulan Kuo tiba, Cheng mengelakkan pukulan itu dan sebagai akibatnya kerangka pintu pun menjadi sasarannya hingga rusak berat. Kuo tinggal selama beberapa hari dengan Cheng, dan membatalkan niatnya.

Sedang pada suatu waktu, datanglah seorang pria bernama Li Yung Kui dari Shantung, berperawakan tinggi, dan kekuatan tangannya 100 pound. Ia berlatih tangan besi dan kemampuan beladirinya luar biasa. Ia datang kerumah Cheng dengan golok tunggal dan berteriak, “Cheng! Dimana kau?”

Cheng keluar rumah, dan bertanya apa maksud kedatangan Li. Li menjawab ia datang dari Shantung untuk menemui Cheng. Cheng sendiri memperkenalkan diri sebagai adiknya Cheng Ting Hua dan memberi tahu kalau kakaknya sedang pergi mengunjungi temannya. Dan Li dipersilahkan masuk, dan dijamu seperti tamu terhormat.

Tingkah Li sangat tidak sopan. Ia memakan kue-kue sajian dengan sangat rakus, tetapi Cheng melayaninya dengan baik. Saat Cheng bertanya, apakah sajiannya cukup, Li menjawab “tidak terlalu jelek!”

Selanjutnya Li pergi keluar rumah, dan Cheng memerintahkan salah satu muridnya untuk mengamati Li. Ia mendapat laporan bahwa saat Li berada diluar, ia meraih sebongkah batu lalu meremukkan batu tersebut. Cheng menduga, Li tidak akan mau pulang sampai ia bertemu Cheng. Disisi lain, ia juga menduga kalau Li ingin menjadi muridnya.

Cheng mendatangi Li dan berkata; “Tak seorang pun tahu kapan Kakak Cheng akan kembali. Tetapi saya telah berlatih cukup lama. Mengapa kita tak menukar jurus?” Li menjawab, “Ide baik, nanti jika hantamanku mampu menjatuhkanmu, aku akan melanjutkan mencari Cheng.”

Kedua orang tersebut menuju halaman dan membentuk posisi masing-masing.  Pada gebrakan pertama Cheng meletakkan telapak tangannya diatas paha Li dan Li terlempar sejauh 6 kaki, saat terlentang di tanah, Li mencoba teknik macan lapar mengoyak makanan. Tetapi Cheng hanya menghindari dan kembali Li terlempar, berguling-guling di tanah. Ia membuka mata dan berkata, “Kamu bilang sebagai murid Cheng, tapi menurutku kau lah Cheng! Mengapa kau tak berterus terang kepadaku!” Li berlutut dan meminta Cheng menerimanya sebagai murid Pa Kua Cang.

Sejak peristiwa itu, ia tinggal di rumah Cheng. Namun beberapa bulan kemudian, ia memanggil Li. “Marilah kita bicara, kamu datang untuk mempelajari ilmu ku, dan aku senang. Meskipun demikian, nafsu makanmu amat besar, dan aku tak dapat menerimanya. Lebih baik kau pulang ke rumah, dan berlatih disana.”

Li tertawa mendengar itu, sekarang ia dapat pergi meninggalkan rumah itu tanpa rasa bersalah. 

Selama pemberontakan Boxer (Juli 1900), Cheng berada di ibu kota saat tentara datang menyerbu dan membunuh serta merampok. Ia bersumpah untuk mempertahankan negaranya dari musuh. Suatu hari, tentara membunuh penduduk dengan sangat brutal. Tentara Jerman telah diperintah untuk membunuh penduduk karena Yi Ho Tong tak mau bertempur. Mereka mengacau dan membakar dimana-mana. Cheng sangat marah melihat kejadian itu.
 
Tengah malam, seorang diri ia pergi menuju patrol tentara Jerman untuk menyerang dan membunuh banyak tentara. Para tentara yang marah mengepung Cheng dengan senapan. Dengan tenang, Cheng menggunakan telapak menusuk untuk menghalau mereka, lalu berputar, dan melompat ke dinding. Serta pergi dengan mudahnya.

Setelah kematian Tung Hai Chuan, Cheng mengajar dan mengambil alih murid-murid Tung di ibu kota bagian timur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar