Kamis, 10 Mei 2012

2 Guru Besar Tai Chi Chuan & Pa Kua Cang


SUN LUN TANG :: Guru Besar Tai Chi Chuan.
Juga dikenal dengan nama Fu Chuan, lahir tahun 1859, di kabupaten Wan, propinsi Hopei, Cina. Masa-masa mudanya menyengsarakan, dan ia pernah mengupayakan usaha gantung diri, namun berhasil digagalkan oleh seorang pejalan kaki.
Beladiri akhirnya menjadi pelampiasan yang membuatnya lupa akan kesengsaraan hidupnya. Saat berumur 15 tahun, ia sudah mempelajari Hsing I Chuan dari seorang guru, Li Kuei Yuan. Tahu Sun punya bakat, Li mengirimnya belajar kepada Kuo Yun Shen. Seorang guru besar yang mendidiknya sangat keras. Bila guru Kuo mengendarai kuda, ia mengikat Sun pada ekornya, lalu berlari dibelakang kuda mengikuti kemana guru Kuo pergi.
Selain itu, Sun juga mempelajari Tai Chi aliran Hao, dari Hao Weizhen. Dan menciptakan gayanya sendiri dari keunggulan-keunggulan yang pernah dipelajarinya lalu mengembangkannya. Ia akhirnya menciptakan aliran sendiri, yakni aliran Sun.
Sun tidak hanya lihai beladiri tangan kosong. Ia juga ahli pedang, dan merupakan penunggang kuda serta pemanah yang baik. Di sebutkan oleh Putri Sun, waktu mereka naik kereta dari Mukalen ke Peking saat mengawal presiden dari Republik, Sun menembakkan 100 anak panah melalui jendela dan tepat mengenai 100 burung.
Sekali waktu, di tahun 1930, datanglah 6 ahli beladiri Jepang yang ingin menguji ketangguhan Sun. seseorang dari mereka melompat keudara, dan menyatakan bahwa kekuatan tinju mereka bobotnya 1000 pound, dan bobot tendangan mereka 800 pound. Lalu menyusul seorang lagi memukul sebuah pilar batu hingga terpental sejauh 10 kaki, dan dilanjutkan menendangnya hingga terpental lagi 8 kaki. Kemudian mereka berkata, “Sun Lun Tang, apakah anda sudah mengakui kehebatan kami ?”
Sun hanya tersenyum dan memuji mereka, “Itu bisa dibilang sebuah keahlian, tetapi bolehkah saya menunjukkan sesuatu yang lain ? Saya akan berbaring di tanah, dua dari kalian memegang kaki saya, dua lagi memegang tangan saya, dan satu lagi memegang kepala saya, sedang yang satunya memberikan aba-aba.. satu.. dua.. tiga.. tarik! Bila nanti saya mampu bangun melompat, maka saya menang. Tapi jika sebaliknya, kalian yang menang.
Selanjutnya mereka melakukan apa yang di instruksikan oleh Sun. saat pemberi aba-aba baru sampai di hitungan kedua, Sun menggunakan ‘tubuh mengembang’  dari metode Pa Kua Cang untuk mempersiapkan diri. Saat hitungan ketiga, energy mengembangnya sudah penuh.  Lalu dengan menggunakan ‘Lompatan Kelabang’ Sun melenting ke udara. Kelima orang yang kuat-kuat itu tak berdaya menahan Sun dan terjerembab ke tanah.
--------
TUNG HAI CHUAN :: Guru Besar Pa Kua Cang.
Lahir di propinsi Hopei, kabupaten Wen An, desa Chu Chia Wu. Nama kecilnya adalah Tung Chi Te dan juga dikenal dengan nama Tun Han Ching. Ia sudah mahir beladiri sejak muda, dan pada usia 20 tahun reputasinya mengagumkan.
Menurut beberapa riwayat, Tung merupakan bagian dari para pemberontak di pertengahan abad ke 19, dimana dia bergabung dengan tentara Nien Timur. Dan terpilih untuk diselundupkan kedalam istana Cing sebagai mata-mata. Ia mengatur gerakan-gerakan tertentu dari istana bagi tentara-tentara pemberontak.
Sampai pada akhirnya ia dipergoki dan kaisar memerintahkan pangeran Su Wang untuk menangani masalah ini. Tertarik dengan keterampilan dan kepribadian Tung, pangeran tidak jadi menghukumnya. Malah dijadikan kepala keamanan di istana kekaisaran. Meskipun begitu, Tung punya kepribadian yang keras, dan isu-isu jelek juga bertebaran untuk merusak namanya karena iri hati dari orang-orang lama, keberadaan Tung tidak diterima oleh rekan-rekan barunya. Pangeran lalu memindahkan Tung sebagai pengawal pribadinya.
Pada awalnya kalangan istana tidak mengetahui kemampuan Tung. Namun suatu waktu, saat istana sedang mencari guru beladiri, seorang guru beladiri bernama Sha Hui Hui mengirimkan istrinya dan surat pengantar. Pangeran Su Wang lalu tertarik dan mengundang Sha Hui Hui untuk memperagakan kemampuannya. Puas, pangeran lalu memperkerjakannya di istana.
Tak lama kemudian pangeran menjanjikan penampilan guru Sha kepada teman-temannya pada waktu yang telah ditentukan. Saat acara yang telah ditentukan itu dilaksanakan, halaman istana penuh sesak oleh rakyat yang ingin menyaksikan kemahiran guru Sha dalam memperagakan beladirinya. Sehingga tak ada celah untuk masuk kesana atau menerobos. Saat pangeran memerintahkan pelayan untuk menjamu teh untuk tamunya, tak ada satupun pelayannya yang sanggup menerobos kerumunan tersebut. Melihat itu, Tung melompat ke atap dan turun kehalaman sambil membawa perangkat teh tanpa tumpah.
Melihat kejadian itu, pangeran takjub dan yakin kalau Tung bukan orang sembarangan. Ia meminta Tung memperagakan keahliannya. Para penonton takjub dengan gerakan Tung yang bergerak seperti awan dan air yang mengalir. Antusiasme mereka kepada Tung membuat Sha cemburu.  Ia berang dan menantang Tung bertarung. Tetapi hanya beberapa gebrakan Sha takluk. Dan menyadari bahwa ia bukanlah tandingan Tung.
Pada waktu yang lain, saat keluarga kerajaan mengundang Tung  ke kediaman mereka, baik laki-laki atau perempuan belajar kepada Tung. Suatu hari, saat sekumpulan orang sedang duduk-duduk di loteng, mereka mendengar suara bayi tertawa pada sisi atapyang lain dan membuka jendela untuk melihat apa yang terjadi. Mereka melihat Tung sedang tertawa menggendong bayi di punggungnya  sambil melompat-lompat di atas atap. Ia berkata, “Saya akan menaiki awan bersamamu agar kita dapat tertawa bersama.” Melihat tingkah Tung, bayi itu semakin keras tertawa karena senang. Keesokan harinya mereka semua menemui Tung dan minta diajari menunggang awan, tetapi Tung menampik.
Pada saat yang lain juga, Tung sedang berdiskusi dengan murid-muridanya tentang beladiri. Tetapi ia merasa terganggu karena ada kicauan sekelompok burung yang amat keras suaranya. Tung langsung melompat ke atas atap dan menangkap 3 ekor diantaranya. Murid-muridnya amat tertarik dengan ilmu itu, dan mereka memohon untuk belajar kepada Tung. Tetapi ia berkata, “Untuk apa kalian mempelajari ilmu ini ? Apa kalian mau jadi pencuri ?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar