Kamis, 31 Mei 2012

GURU TAI CHI CHUAN :: YANG LU CHAN


:: YANG LU CHAN ::

Yang Lu Chan adalah pecinta seni beladiri yang mempelajari beladiri aliran keras dari banyak guru. Suatu ketika, ia terlibat perdebatan dengan seorang anggota keluarga Chen. Perdebatan berlangsung sengit, hingga akhirnya terjadi duel. Dalam duel itu, Yang terjatuh dan kalah. Ia kecewa karena kemahirannya dalam beladiri masih amat rendah dibandingkan keluarga Chen. Maka dari itu, ia meminta pertandingan ulang, dan sementara itu ia melatih diri lebih giat.

Pada pertandingan ulang, lagi-lagi Yang kalah. Dan benar-benar kecewa karena kalah lagi. Kejadian ini membulatkan tekadnya untuk belajar beladiri aliran keluarga Chen.

Sesungguhnya, beladiri aliran keluarga Chen yang Tai Chi Chuan ini hanya di ajarkan khusus kepada anggota keluarga, dan mereka menetap disebuah perkampungan khusus yang bernama Chenjiagou. Sedangkan yang mengalahkannya waktu duel itu adalah keponakan laki-laki guru Besar.

Yang berharap agar dapat mendekat dan belajar disana. Tetapi ia tahu pendekatan langsung tidak akan berhasil. Oleh karena itu ia mendekati dengan cara lain. Yang memutuskan untuk menyamar menjadi pengemis. Selanjutnya ia membuat dirinya seolah-olah bisu dengan menelan batu bara panas. Dengan kondisi yang demikian, ia berharap Guru besar tersentuh hatinya.

Hingga akhirnya ia diterima sebagai murid di sana. Dan berkat kerajinannya, ia menjadi pelayan kepercayaan dan di ijinkan masuk ke ruang dalam. Meski sudah tinggal bertahun-tahun, Yang tidak mendapat petunjuk sedikit pun tentang beladiri keluarga Chen. Hingga suatu malam, ketika ia telah tidur nyenyak, Yang terbangun oleh teriakan orang berlatih yang berasal dari gedung belakang. 

Yang bangun, melompati tembok, dan mencari asal suara. Dengan hati-hati, ia melobangi jendela kertas dan melihat guru Chen sedang memberikan instruksi tentang teknik ‘menarik dan mendorong’ serta ‘menerima’ energy. Dengan cermat ia perhatikan gerakan-gerakan tersebut. Sejak saat itu ia menghafal gerakan-gerakan tersebut, dan melatihnya diam-diam di kamar. Karena sudah memilki dasar beladiri yang sangat baik, Yang dengan mudah menguasai teknik-teknik tersebut. Ditambah lagi dengan keuletannya, kemampuan Yang berkembang sangat pesat.

Pada suatu malam, ketika ia sedang berlatih, Yang dikagetkan dengan munculnya sang guru besar yang sedang memperhatikan latihannya. Pada zaman itu, di Cina, bagi orang yang dengan sengaja mencuri ilmu orang lain, harus menyerahkan tangan kanannya atau kepalanya sendiri sebagai ganti. Tetapi ucapan guru besarnya itu malah mencengangkan Yang, karena ia hanya mengatakan ;

“Apakah kamu kira saya tidak tahu ketika kamu mengintip kami latihan? Saya sengaja membiarkanmu karena saya ingin melihat seberapa besar minat dan kepandaian yang kamu peroleh. Jika kamu tidak dapat menunjukkan kemahiran itu, saya sendiri yang akan membunuhmu!”

Kemudian, ia mengetuk kepala Yang tiga kali, dan berlalu serta meninggalkan pertanyaan yang membingungkan di kepala Yang. Sejak saat itu, Yang mendapat instruksi khusus dari guru besar setiap jam 3 pagi, tanpa ada seorang pun yang tahu. Dengan demikian, Yang Lu Chan adalah orang pertama yang bukan keluarga Chen, yang diajari beladiri aliran Chen tersebut.

Pada pertandingan yang diadakan setahun sekali oleh keluarga Chen, Yang diminta oleh guru besarnya untuk ikut bagian. Ternyata hasilnya sangat mengejutkan, satu persatu keluarga Chen dapat dikalahkannya. Guru besar sangat takjub dengan kemahiran dan kejeniusan Yang. Maka dari itu, ia pun diajari lebih dalam lagi tentang teknik-teknik rahasia keluarga Chen. Setelah tamat belajar, ia mendapat pesan untuk selalu mengembangkan Tai Chi Chuan yang sudah dipelajarinya.

Setelah 3 tahun mengembara dan terkenal dengan sebutan ‘Yang tidak terkalahkan’, ia mendirikan perguruan Tai Chi Chuan di Beijing. Yang juga ditunjuk sebagai pelatih tentara kerajaan serta instruktur battalion perang Manchu. Keahlian Yang dikenal dengan ‘Hua Chuan (tinju penetralisir atau ‘Mien Chuan (tinju fleksible)’ karena gerakannya sangat lembut.

Watak Yang sangat terus terang dan penuh semangat. Yang sangat suka bertanding dengan pendekar dan guru dari beladiri aliran lain. Bila ada pendekar yang berilmu tinggi, ia akan mendatanginya dan memintanya untuk bertanding. Tak jarang pula ia ditolak, malah kadang Yang sering memaksa untuk bertanding. Namun, dari banyaknya lawan yang menghadapinya, ia tidak pernah mencederai sang lawan sedikit pun.

Kenyataan tersebut dibuktikan pada saat Yang berada di Kuang Ping, dan berduel dengan seorang pesilat di atas atap rumah. Saat itu lawannya sudah kalah dan terjungkal kebelakang. Karena sudah kehilangan keseimbangan, lawannya sudah tak mampu berdiri tegak dan tubuhnya condong kebelakang nyaris terjatuh.

Yang melompat dari jarak 30 kaki, dan mencekal kaki lawannya yang nyaris jatuh dari atap. Tindakannya berhasil menyelamatkan nyawa sang lawan.

Dalam berpergian, Yang selalu membawa tombak pendek, dan sebuah tas. Di samping ilmu Tai Chi Chuan, Yang juga menguasai ilmu tombak yang sangat mengagumkan. Semata-mata dengan jentikan tangkai tombaknya, Yang dapat mengambil dan mengangkat sasaran ringan yang ada ditanah. Sambil menunggang kuda, ia mampu melempar anak panah tanpa busur hanya dengan jarinya. Sedemikian hebatnya Yang setiap ia melempar panah, setiap lemparan itu pula yang kena.

Di bagian barat hiduplah seorang tuan tanah yang kaya bernama Chang. Chang sangat tergila-gila dengan beladiri, hingga ia mempekerjakan 30 orang guru ahli beladiri dari 30 daerah yang berbeda di Cina. Mendengar reputasi Yang, Chang meminta sahabatnya, Wu, untuk mengundang Yang sebagai guru pribadinya. Ketika Yang datang, Chang sama sekali tidak respek karena Yang berperawakan kurus, pendek, dan sederhana.

Ia meremehkan Yang, dan memberikan layanan ala kadarnya. Yang menyadari itu, dan mengambil tempat duduk dan menuangkan araknya serta meneguknya sendiri. Melihat itu, Chang tidak senang dan berkata, “Saya sering mendengar reputasi anda. Tetapi saya ragu apakah Tai Chi Chuan bisa digunakan untuk memukul orang?”

Dengan tenang, guru Yang menjawab, “Hanya 3 jenis orang saja yang tidak bisa dipukul”. Chang bertanya lebih lanjut, “Siapakah itu ?”

“Orang yang terbuat dari kuningan, orang yang terbuat dari besi, dan orang yang terbuat dari kayu. Selain itu, tiada yang sulit.” Jawab guru Yang dengan tersenyum.

Chang berkata, “Saya memiliki 30 orang pesilat di rumah ini. Dan pelatih Liu lah yang paling kuat. Guru Liu mampu mengangkat beban 500 pound. Sanggup kah anda melawannya?”

Guru Yang mengangguk dan berdiri. Liu berperawakan besar, tinggi kekar bak harimau. Pukulannya mengeluarkan bunyi menderu. Saat Liu menonjok dengan kekuatan penuh, Yang tidak bergeming sedikit pun dan menunggu tinjunya mendekat. Saat sudah mendekat, Yang bergerak menetralkan pukulan Liu dengan bergerak sedikit kearah kanan. Seketika kekuatannya hilang, dan guru Yang mendorong sedikit saja Liu dengan tangan kirinya. Dan tubuh Liu mencelat tinggi lebih dari 30 kaki.

Pada kesempatan yang lain, saat Yang sedang memancing di hulu sungai, lewatlah dua orang guru Shaolin. Mereka jeri untuk menantang langsung, jadi mereka memilih untuk mendorong yang dari belakang hingga tercebur, dan rusaklah reputasi Yang. Namun, indera Yang sangatlah tajam. Ia mengetahui ada serangan mendadak, dan menggunakan teknik ‘mengelus surai kuda’. Yakni merendahkan kepalanya dan menaikkan punggungnya.

Kedua guru Shaolin itu tercebur, dan Yang pun berkata, “Hari ini kalian beruntung. Jika di darat, saya ingin mencoba kalian lebih lama lagi. Kita jajal kemampuan masing-masing dan kalian tidak akan lolos dengan mudah.” Mendengar ucapan Yang yang demikian, mereka kabur dan menyelam kedalam air.

Pada suatu hari, guru Yang pergi ke Peking dan bertemu dengan seorang petinju tenar bersama temannya yang mencegat Yang. Ia menantang Yang, tetapi ditolak berkali-kali. Karena ditanggapi demikian, sang petinju pun berkata, “Rupanya yang digembar-gemborkan sebagai pendekar besar itu hanya lah seorang pengecut!”

Pada akhirnya, Yang tidak dapat menghindar lagi dan sambil tertawa ia berkata, “Baiklah, kalau begitu. Anda pukul saja saya 3 kali.” Mendengar itu, petinju tersebut sangat gembira dan segera menonjok perut Yang dengan teknik tinjunya yang sudah banyak makan korban.

Tetapi, sebelum tawa Yang usai, si petinju sudah terlempar jauh. Temannya bahkan tak melihat bagaimana Yang mengatasi pukulan ke perut tersebut.

Pendekar Tai Chi Cuan :: CHEN FAKE


.:: CHEN FAKE ::

Chen Fake (1887 – 1957) lahir di Chenjiagou, kabupaten Wenxian, propinsi Henan. Ia merupakan generasi ke 17 dari keluarga Chen, cucu Chen Changxing.

Chen Fake merupakan pewaris Tai Chu Chuan aliran Chen yang semangatnya amat menggelora. Ia berkomitmen untuk berlatih 100 kali rangkaian Tai Chi Chuan setiap hari, baik pagi, sore, ataupun malam. Secara khusus ia juga berlatih pada matahari terik musim panas, agar bisa melakukan koreksi terhadap kebenaran postur dan gerakannya dari bayangan tubuhnya di lantai.

Selain itu, Chen Fake juga berlatih dengan tongkat kayu sepanjang 4 meter dengan diameter 15 cm. dengan tongkat itu, ia mengangkat benda berat sebanyak 300 kali sehari dalam rangka melatih kekuatan pergelangan tangannya.

Ia mulai terkenal saat usianya 17 tahun. Di desa Chen, ada seorang pria sangat kuat yang mendapat julukan si ‘banteng’. Suatu hari, si ‘banteng’ memegang tangan Chen erat-erat. Dan hanya dengan menggunakan kekuatan guncangan dari Tai Chi Chuan, ia tidak hanya melepaskan tangannya dari cengkraman si ‘banteng’, tapi juga menghempasnya ke tanah.

Saat si ‘banteng’ coba bangkit dan meraih Chen lagi, ia mengikuti gerakan lawannya dengan gerakan “Naga hitam muncul di air”, yang kembali menghempaskan sang lawan 3 meter jauhnya.

Dan pada usia 20 tahun, ia mengikuti kompetisi Wushu di ibu kota kabupaten, dan keluar sebagai juara. Dan ketenarannya merebak ke semua kabupaten yang ada di Cina.

Ketenarannya itu terdengar oleh panglima perang Han Fuju, yang kemudian mengirim utusan untuk mengajaknya menjadi kepala instruktur beladiri Cina. Namun Chen menolak dengan halus. Penolakan itu memancing ketersinggungan dari pihak panglima, dan memerintahkan pelatih di pasukan beladirinya untuk menusukkan tombak ke tenggorokan Chen.

Dengan tangan kosong, ia menunggu sampai tombak itu dekat tubuhnya. Kemudian dengan tangkas merendahkan tubuhnya dan menggunakan putaran Tai Chi Chuan ia membuat lingkaran di udara dengan tangannya. Mencengkram tangkai tombak, memilin ringan, dan menusuk musuh dengan ujung yang lainnya. Akibatnya, si penusuk terlempar 4 meter jauhnya.

Melihat kejadian itu, panglima Han Fuju tidak kapok. Dan berupaya dengan cara lain. Yakni menantang Chen untuk dikepung dalam sebuah lingkaran yang ditandai di lantai. Lalu tangannya berada dibelakang. Lalu seorang pelatih Wushu mencoba untuk menyayatnya dengan golok.

Chen tidak menggunakan tangannya, melainkan tendangan ganda dan lambaian ganda Tai Chi Chuan. Akibatnya, golok terlempar dari tangan si penyerang.

Pada tahun 1928 atas undangan kemenakan laki-lakinya, Chen Zao Pi, ia datang ke Beijing untuk melatih Tai Chi. Pada waktu itu, di Beijing ada 3 bersaudara yang sangat terkenal arogan sekaligus kuat. Mereka adalah 3 bersaudara Li, yang memandang remeh Tai Chi Chuan keluarga Chen.

Mereka bertiga menantang Chen karena mendengar reputasinya. Dan Chen datang memenuhi panggilan itu. Li yang tertua maju untuk pertama kalinya dan menjadi orang pertama yang menjajal Chen. Selain perawakannya yang bertubuh tinggi besar, ia juga melecehkan Tai Chi Chuan aliran keluarga Chen di depan Chen saat itu juga.

Ia menerjang Chen dengan tenaga penuh. Chen berteriak ‘Ha!’, dan melakukan gerakan secepat kilat sambil melempar Li tertua kearah jendela di samping pintu. Melihat kejadian itu, kedua Li yang lainnya ciut nyalinya, dan memilih untuk kabur.

Ia memiliki banyak murid dari kalangan yang terkenal. Di antaranya adalah kepala pusat pelatih Wushu Beijing, Xu Yu She dan Li Jian Hua serta Shen Jia Zhen. Disamping itu masih ada actor opera peking yang terkenal akan keahlian wushunya, serta memerankan banyak pendekar, Yang Xiao Lu, menyebut Chen sebagai gurunya.

Secara bersama-sama mereka menghadiahi Chen dengan ukiran yang bertuliskan, “Yang terbesar dalam Tai Chi Chuan”. Setelah itu ia mendirikan pusat latihan wushu Tai Chi Chuan di Beijing.

Sekali waktu, Xu Yu She menyelenggarakan kejuaraan beladiri di Beijing. Ia diundang sebagai penasihat. Saat berdiskusi tentang pertandingan, seseorang mengusulkan agar batas pertandingan adalah 15 menit. Sebaliknya, Chen berpendapat, cukup 3 hitungan saja. Li Jian Hua yang hadir pada diskusi itu bingung mau menerima usul yang mana. Chen pun tersenyum dan berkata; “Jika kamu tidak percaya, mari kita coba.”

Li berperawakan tinggi besar dengan tinggi sekitar 2 meter, berserta berat 100 kg. pada awalnya, Li adalah seorang pelatih Wushu di Northeast Cina University dengan gaya Pa Kua Cang. Dengan agresif dan tanpa segan ia menyerang Chen. Chen mengelak dan dengan satu elakan cepat, tubuh Li terangkat dari lantai setinggi 30 cm dan menabrak dinding. Sebuah bingkai kaca yang terpantek di dinding jatuh berkeping-keping. Meski tidak terluka, baju Li kotor karena bubuk cat yang rontok.

Pada pertandingan di Beijing tersebut, hadirlah seorang pegulat bernama Shen San yang sering menjuarai kejuaraan nasional. Saat bertukar sapa dan saling ngobrol, Shen San pun berkata; “apa yang terjadi jika seorang pegulat bertemu dengan ahli Tai Chi Chuan?”

Chen menjawab dengan tersenyum, “dalam perkelahian, dapat kah anda memilih lawan?”

Keduanya setuju untuk saling coba, dan Chen mempersilahkan Shen menangkapnya. Sementara itu Chen mengangkat kedua tangannya. Ketika Shen San menangkap tangan Chen, penonton berharap dapat menyaksikan duel mencekam. Namun tak lebih dari 3 detik, kedua tertawa. Pertandingan selesai.

Dua hari kemudian, Shen datang mengunjungi Chen yang sedang melatih murid-muridnya. Ia membawakan Chen sebuah hadiah yang sangat mahal dan membuat murid-murid Chen terkesima. Ia pun segera menjelaskan permasalahannya.

“Guru besar Chen tidak hanya hebat dalam wushu, tapi juga moralnya benar-benar terpuji. Pada waktu duel itu, saya dipersilahkan untuk mengangkat tangan guru Chen. Saya ingin menjatuhkannya, tetapi tak bisa. Saya mengganti strategi dan berniat untuk mengangkat kakinya, tetapi tetap tidak bisa. Saat itu saya sadar, kemampuan saya sangat jauh dibandingkan guru Chen. Namun beliau tidak berniat sekalipun untuk menjatuhkan saya. Padahal jika ia mau, ia bisa mempermalukan saya semudah membalikkan telapak tangan. Pada hari ini saya datang untuk menyampaikan rasa hormat saya!”

Ini membuktikan sesuatu bahwa selama puluhan tahun ia tinggal di Beijing, tak seorang pun ia memiliki musuh. Karena perangai dan moralnya yang terpuji.

Selasa, 29 Mei 2012

2 Pendekar Besar Pa Kua Cang [2]


:: YIN FU ::
Yin Fu yang juga terkenal dengan sebutan Te An dan Shou Peng berasal dari desa Chi di propinsi Hopei. Pada masa mudanya ia berangkat ke ibu kota dan berbisnis kecil-kecilan sebagai pengasah gunting dan pisau. Kemudian menjual kue kering panas di jalanan. 

Yin Fu memiliki reputasi yang bagus, karena sudah mempelajari Hua Chuan. Ia juga mendengar reputasi Tung Hai Chuan (Biografi singkatnya ada di note yang sebelumnya). Dan memindahkan lokasi penjualannya ke dekat Istana. Ia selalu menantikan kesempatan menyaksikan aksi Tung sambil berjualan. Bahkan jika dagangannya sudah habis, ia rela duduk menunggu di gerbang istana berharap agar dapat bertemu dengan Tung.

Kebiasaan ini berlangsung lama, walau ia tak sekalipun bertemu dengan Tung. Namun, setelah sekian lama, Tung pun mendengar keuletan Yin Fu. Dan ia pun mengundang Yin Fu ke istana, dan mengenalnya sebagai orang yang baik. Tung bersedia mengangkatnya sebagai murid.

Yin Fu menjual dagangannya agar dapat berlatih siang dan malam. Pada awalnya ia mempelajari Lohan Chuan (Shaolin Lohan). Selanjutnya Pa Kua Cang yang dilatihnya sepanjang hari. Tak peduli siang atau malam, panas atau dingin.

Sewaktu Tung meninggalkan istana, Yin Fu telah menguasai Pa Kua Cang dengan sangat baik, disamping ilmu pedang dan tombaknya Tung. Karena Yin Fu mengorbankan semua bisnisnya, hanya kepada nya lah Tung mengajarkan semua ilmunya.  Dan kebanyakan murid Tung itu dilatih oleh Yin Fu.

Perangai Yin Fu sendiri lembut, tetapi serius. Tinggi kurus, namun gagah.  Dan dijuluki Shou Yin (Yin Kurus). Murid-murid yang belajar padanya, akan diajari berurutan Shaolin Lohan, lalu Pao Chui, Kung Li Chuan, dan akhirnya Pa Kua Cang.

Selama pemberontakan Boxer, dan ketika delapan tentara menyerbu Beijing, janda permaisuri/ratu memutuskan untuk berlindung di kota terlarang. Ia memilih sendiri siapa-siapa yang jadi pelindungnya, sedangkan Yin Fu jadi pengawal pribadinya.

Setelah Tung Hai Chuan meninggal, kota dibagi dalam 4 bagian. Utara, selatan, timur, dan barat. Yin membawahi murid-murid Tung di bagian selatan kota. 

Yin Fu sendiri berasal dari keluarga miskin, saat kehidupannya sudah membaik, ia sering mengirimkan bahan makanan dan pakaian kepada keluarganya di kampung. Ia sangat dihormati muridnya karena karakternya yang memang sangat baik dan juga kepala keluarga yang baik. Selanjutnya ia membuka usaha toko porselen.

Yin Fu adalah pakar Lohan Chuan, maka dari itu Pa Kua Cang nya sangat terasa dipengaruhi oleh gerakan Lohan Chuan. Ia juga sangat jago ilmu ringan tubuh, dan menjadi orang pertama yang di istana di kenal dengan sebutan ‘telapak lidah sapi’. Pola telapak tangan dan jarinya lima jari bersama-sama membentuk titik pisau. Alirannya menggunakan telapak menusuk seperti itu menjadi sikap utamanya. Terdapat 8 rangkaian yang setiap gerakannya mengandung 8 gerakan tangan, sehingga semuanya berjumlah 64 gerakan tangan.

Yin Fu meninggal tahun 1911 dalam usia 69 tahun. Dari semua muridnya, hanya 3 orang saja yang benar-benar mewarisi kepandaiannya; Ma Kui, Kung Pao Tien, dan Tsui Chen Tung.

-----------------------------------------------------------------------------

:: CHENG TING HUA ::
Ia merupakan murid dari Tung Hai Chuan yang terkenal. Berasal dari desa Cheng di kabupaten Chi, Propinsi Hopei. Pindah ke Beijing, ia membuka toko optik di dekat kuil Semangat Api di jalan Ssu Shuai di Plaza Pasar Bunga. Sejak muda dia adalah orang terbaik di beladiri Shuai Chiao. Selain itu ia juga dikenal karena kemampuan melemparkan senjata rahasia. Ia sendiri merupakan teman baik Yin Fu (biografinya di atas), dan Shih Chi Tung.

Ia sering mendengar teman-temannya itu bercerita tentang Tung Hai Chuan. Ia pun mengutarakan keinginannya untuk menjadi murid Tung, dan mereka berdua membantu Cheng dengan merekomendasikannya kepada Tung. Saat itu usianya sekitar 28 tahun.

Ia diterima dan diajari Tung sekitar setengah tahun lamanya. Dalam waktu singkat begitu, Tung melihat bakat Cheng yang luar biasa, termasuk kecerdasannya yang tergolong super jenius. Selain itu, Tung juga tertarik dengan kebijaksanaan Cheng dan kebaikan hatinya. Dan padanya, Tung mengajarkan ilmu rahasianya. Dan dalam bertahun-tahun, Cheng mencapai level yang sangat tinggi. Olehkarena itu, setiap penantang yang datang ke perguruan dan ingin menantang Tung, harus melawan Cheng terlebih dahulu.

Cheng sangat ahli memutar tenaga lawan, dan menjungkalkan diri lawannya hanya dengan mengembangkan sedikit tangannya. Akhirnya, seijin Tung, ia diberi ijin untuk mendirikan perguruan sendiri.

Perangai Cheng sangat menuruti kata hati, walaupun perawakannya pendek, tetapi ia sangatlah kuat. Dalam setiap pertarungan ia suka menggunakan gempuran tunggal dan hampir selalu berhasil menjungkalkan lawannya hanya dengan sekali serang. Dalam Pa Kua Cang, ia dikenal dengan sebutan telapak  cakar naga. Dan mengkombinasikannya dengan Hsing-i. sehingga kadang Pa Kua Cang nya menyerupai Hsing-I, termasuk langkah dan telapak tangannya.

Ia mengenakan rompi yang berisi serbuk besi seberat 10 pound, sepanjang hayatnya. Baik di saat berbisnis, berlatih, tidur, dan tidak pernah meninggalkan rompinya tersebut dan tidak peduli cuaca yang panas atau dingin. Ia berlatih hantaman pada karung pasir seberat 300 pound setiap hari.

Kekuatannya sangat kuat. Ia menggunakan segentong air yang di gantung dengan tali, dan menggunakan satu tangannya untuk mengangkat gentong air tersebut naik turun 10 kali. Sambil mengangkat gentong air  tersebut, ia bergerak melingkar 3 kali. Air yang didalam gentong tersebut tidak tumpah sama sekali. Tanpa terlihat kelelahan dan wajahnya tak pernah memerah.

Karena reputasinya yang demikian, banyak orang yang berusaha untuk menantang Cheng dan membuatnya malu, tetapi selalu gagal. Suatu hari datang seorang berperawakan besar dan kasar menantangnya bertarung. 

Cheng menyodorkan tangan kanannya dan berkata, “Jika anda dapat mengangkat tangan saya, maka saya menyerah kalah.”

Orang tersebut menggunakan bahunya dan mengangkat tangan Cheng. Ia menggunakan kekuatan penuh, tetapi Cheng sama sekali tak bergerak. Dengan ringan, Cheng menekuk sikunya kebawah dan penantangnya terjengkang. Dan baru bisa bangun setelah cukup lama.

Cheng bersahabat baik dengan para pendekar dan guru Hsing-I, salah satunya adalah Kuo Yun Shen. Dia adalah salah satu teman dekatnya. Ketika Kuo datang ke ibu kota, dengan maksud untuk menantang Tung Hai Chuan, guru nya Cheng. Dia meminta pendapat Cheng tentang niatnya itu.

Cheng pun berkata; “Kita berasal dari desa yang sama, dan telah lama berteman baik. Jadi jujur saja, saya sarankan lebih baik engkau batalkan niat mu. Karena pertandingan itu dapat merusak reputasimu. Tung sangat senang bertanding, 10.000 orang telah dijatuhkannya. Bagaimana kamu dapat berharap menang? Saya mohon dengan rendah hati agar tidak usah pergi saja.”

Kuo mendengar nasehat Cheng, setelah Cheng selesai meminum tehnya, Kuo berkata; “Bagaimana kalau jika kau mencoba Beng Chuan ku?”

Saat itu pukulan Kuo tiba, Cheng mengelakkan pukulan itu dan sebagai akibatnya kerangka pintu pun menjadi sasarannya hingga rusak berat. Kuo tinggal selama beberapa hari dengan Cheng, dan membatalkan niatnya.

Sedang pada suatu waktu, datanglah seorang pria bernama Li Yung Kui dari Shantung, berperawakan tinggi, dan kekuatan tangannya 100 pound. Ia berlatih tangan besi dan kemampuan beladirinya luar biasa. Ia datang kerumah Cheng dengan golok tunggal dan berteriak, “Cheng! Dimana kau?”

Cheng keluar rumah, dan bertanya apa maksud kedatangan Li. Li menjawab ia datang dari Shantung untuk menemui Cheng. Cheng sendiri memperkenalkan diri sebagai adiknya Cheng Ting Hua dan memberi tahu kalau kakaknya sedang pergi mengunjungi temannya. Dan Li dipersilahkan masuk, dan dijamu seperti tamu terhormat.

Tingkah Li sangat tidak sopan. Ia memakan kue-kue sajian dengan sangat rakus, tetapi Cheng melayaninya dengan baik. Saat Cheng bertanya, apakah sajiannya cukup, Li menjawab “tidak terlalu jelek!”

Selanjutnya Li pergi keluar rumah, dan Cheng memerintahkan salah satu muridnya untuk mengamati Li. Ia mendapat laporan bahwa saat Li berada diluar, ia meraih sebongkah batu lalu meremukkan batu tersebut. Cheng menduga, Li tidak akan mau pulang sampai ia bertemu Cheng. Disisi lain, ia juga menduga kalau Li ingin menjadi muridnya.

Cheng mendatangi Li dan berkata; “Tak seorang pun tahu kapan Kakak Cheng akan kembali. Tetapi saya telah berlatih cukup lama. Mengapa kita tak menukar jurus?” Li menjawab, “Ide baik, nanti jika hantamanku mampu menjatuhkanmu, aku akan melanjutkan mencari Cheng.”

Kedua orang tersebut menuju halaman dan membentuk posisi masing-masing.  Pada gebrakan pertama Cheng meletakkan telapak tangannya diatas paha Li dan Li terlempar sejauh 6 kaki, saat terlentang di tanah, Li mencoba teknik macan lapar mengoyak makanan. Tetapi Cheng hanya menghindari dan kembali Li terlempar, berguling-guling di tanah. Ia membuka mata dan berkata, “Kamu bilang sebagai murid Cheng, tapi menurutku kau lah Cheng! Mengapa kau tak berterus terang kepadaku!” Li berlutut dan meminta Cheng menerimanya sebagai murid Pa Kua Cang.

Sejak peristiwa itu, ia tinggal di rumah Cheng. Namun beberapa bulan kemudian, ia memanggil Li. “Marilah kita bicara, kamu datang untuk mempelajari ilmu ku, dan aku senang. Meskipun demikian, nafsu makanmu amat besar, dan aku tak dapat menerimanya. Lebih baik kau pulang ke rumah, dan berlatih disana.”

Li tertawa mendengar itu, sekarang ia dapat pergi meninggalkan rumah itu tanpa rasa bersalah. 

Selama pemberontakan Boxer (Juli 1900), Cheng berada di ibu kota saat tentara datang menyerbu dan membunuh serta merampok. Ia bersumpah untuk mempertahankan negaranya dari musuh. Suatu hari, tentara membunuh penduduk dengan sangat brutal. Tentara Jerman telah diperintah untuk membunuh penduduk karena Yi Ho Tong tak mau bertempur. Mereka mengacau dan membakar dimana-mana. Cheng sangat marah melihat kejadian itu.
 
Tengah malam, seorang diri ia pergi menuju patrol tentara Jerman untuk menyerang dan membunuh banyak tentara. Para tentara yang marah mengepung Cheng dengan senapan. Dengan tenang, Cheng menggunakan telapak menusuk untuk menghalau mereka, lalu berputar, dan melompat ke dinding. Serta pergi dengan mudahnya.

Setelah kematian Tung Hai Chuan, Cheng mengajar dan mengambil alih murid-murid Tung di ibu kota bagian timur.

Kamis, 24 Mei 2012

SATU :: Makhluk Ghaib


“Hei, jangan buang sampah sembarangan di tempat ini ! Nanti ‘penunggunya’ marah!”

“Hei, jangan suka ngomong sembarangan! Nanti Nyai di sini marah!”

Sering kah anda mendengar kata-kata yang demikian ? Kalimat mencegah yang menggunakan ‘penunggu’ ini dan itu.

Masyarakat timur lebih condong berfikir simpel, misterius, dan polos. Dan yang dilakukan oleh para tetua atau pemimpin kelompoknya yang cerdas, untuk memberikan pendidikan kepada mereka adalah, mengikuti pola fikir mereka.

Mereka menciptakan imej atau karakter tertentu. seperti Nyi Roro Kidul, Ratu penguasa pantai selatan pulau Jawa. Terlepas dari eksis atau tidaknya sosok itu, para cendekiawan menggunakan atau mungkin menciptakan karakter seperti itu untuk mendidik masyarakat.

Contoh; Jangan merusak laut, nanti Nyi Roro Kidul bisa mengamuk dan murka!

Peringatan diatas ternyata lebih efektif untuk mendidik masyarakat kita yang cara berfikirnya kebanyakan masih sederhana, daripada menggunakan cara ini; Jangan merusak laut! Kalian akan merusak ekosistem dan sumber daya alam yang bernilai tinggi. Menghancurkan terumbu karang dapat mengakibatkan ikan-ikan kesulitan mencari tempat bernaung dan mencari makan, sehingga hasil tangkapan ikan para nelayan berkurang karena ikan telah banyak meninggalkan kawasan laut bagian ini.

Dan, benarkah sosok seperti Nyi Roro Kidul itu ada ?

Saya tidak bisa bilang iya, atau pun tidak. Kenapa ? Karena ini terlalu ghaib dan diluar jangkauan manusia, sebenarnya.

Katanya ada yang pernah bertemu dengan Nyi Roro Kidul!

Mungkin saja iya. Tetapi, bisa saja itu jin ataupun syeitan yang menyerupai Nyi Roro Kidul, dan mengaku-aku kalau dialah sosok itu. Orang yang (katanya) bertemu dengan sosok itu, tidak bisa membuktikan apakah sosok itu benar-benar dia atau hanya jin biasa.

Menurut salah satu spiritualis, ia berkomentar mengenai sosok itu seperti ini :

Sosok Nyi Roro Kidul itu adalah semacam imej atau karakter yang di ciptakan oleh orang-orang tua dulu, yang tergolong cendekiawan untuk di gunakan sebagai sarana pendidikan. Karena, masyarakat kita itu lebih patuh dan takut dengan hal-hal yang bersifat misterius seperti itu. saya bisa merasakan, tetapi tidak bisa memastikan apakah ia memang ada atau hanya penyerupaan jin.
--------------
Sedang saya sendiri berfikir seperti ini; ketika anda berusaha untuk mendidik anak anda, anda akan menciptakan sebuah karakter atau imej yang ditakuti oleh anak tersebut. Seperti, “kalau kamu nakal dan suka mencuri, kamu akan di bawa pergi oleh momok kedalam hutan!”

Lantas anak anda bertanya, “Momok itu apa, Yah ?”

Jawaban anda tentu haruslah kuat sehingga anak anda jadi benar-benar takut untuk berbuat demikian. Maka anda pun menjawab dengan mendeskripsikan wujud momok itu seperti apa; “Momok itu matanya merah, taringnya panjang, badannya besar, dan suka makan daging anak-anak yang nakal!”

Mendengar jawaban itu, anak anda tersugesti untuk tidak berbuat apa yang anda larang karena takut dengan sosok momok tadi.

Jadi, pada hakikatnya momok itu bukanlah wujud nyata, melainkan rekayasa anda untuk pendidikan.
Namun, celakanya deskripsi makhluk momok yang anda sebutkan itu tercuri-dengar oleh jin. Lalu sang jin pun berfikir; “ah! Bagaimana kalau aku menyerupai seperti momok itu!? untuk menakut-nakuti manusia dan menyesatkan iman mereka.”

Dan akhirnya, sosok momok pun yang pada awalnya tidak ada, menjadi ada karena adanya sesosok jin yang menyerupai momok untuk menipu anda.

Demikian juga mungkin yang terjadi dengan Nyi Roro Kidul. Pada awalnya ia hanya sebuah karakter tidak nyata. Namun beberapa Jin mendengar cerita itu, dan berupaya membuatnya jadi nyata dengan menyamar atau berpura-pura wujud seperti itu.

Jika seandainya sosok itu pun ada; itu bisa jadi. Karena setiap Jin itu memiliki nama seperti layaknya manusia. Mungkin saja sejak lahir ia diberi nama Roro Kidul oleh orang tuanya. Atau bisa jadi ia memang anak seorang Raja, sehingga ketika Roro Kidul dewasa, ia mewarisi kerajaan itu dan jadi Ratu. Karena sekali lagi, jin juga punya peradaban seperti manusia.

Namun, apakah setiap orang yang pernah bertemu dengan ia itu benar-benar melihat sosok Nyi Roro Kidul yang sebenarnya ?

Belum tentu!

Bisa saja yang mereka lihat itu jin yang mengaku kalau ia adalah Nyi Roro Kidul, padahal bukan. Hanya meniru wujud dan mencatut namanya saja. Atau jika anda beruntung, dia memang Nyi Roro Kidul yang asli.
Namun tetap saja; mereka itu makhluk ghaib. Apa yang kita mengerti dan pahami tentang mereka tidak lah banyak. Kecuali sedikit saja petunjuk di dalam Al-Qur’an, hadits, dan kitab-kitab kuning lainnya yang membahas mengenai mereka. jadi, jangan terlalu cepat percaya dengan omongan jin atau makhluk ghaib. Karena kita tidak melihat mereka, dan mereka juga sama seperti kita; ada yang suka berbohong dan menipu!

Jadi, sebisa mungkin hindarilah konfrontasi dengan mereka.