Sabtu, 24 Juli 2010

Jadi orang Sakti, Nggak Mesti Pake Mantra !

Banyak orang yang menginginkan perlindungan diri super ketat dari belajar ilmu beladiri. Mereka mati-matian untuk bisa menguasai beberapa jurus demi mencapai predikat pendekar mumpuni. Bukan hanya belajar beladiri secara fisik, tapi juga kadang ada yang belajar ilmu kanuragan dengan media wirid, puasa, tapa, dan sebagainya.
Semuanya tergantung kesediaan dan kesanggupan kita dalam mempelajarinya. Namun tidak semuanya bisa kita telan bulat-bulat. Belajar beladiri tergantung niat dan tujuan kita untuk apa belajar beladiri tersebut. Adalah yang bilang dia ingin disegani orang karena pendekar, ada yang beralasan belajar beladiri untuk ikut kompetisi beladirinya atau mengejar prestasi, atau yang belajar beladiri semata-mata memang untuk melindungi diri.
Belajar beladiri memang dikuatkan malah terkesan wajib untuk laki-laki. Seperti kata Rasulullah SAW, laki-laki itu mesti bisa memanah, berkuda, dan berenang. Paling tidak itu bermanfaat untuk membela dirinya, dan syukur-syukur dapat membela negara dan agama.
Namun sayang, semacam ada beberapa penyimpangan yang terjadi dalam proses menuntut ilmu beladiri ini. Terutama masyarakat tradisionil. Mereka kadang kala menggunakan mantra-mantra yang tidak jelas itu bahasa manusia atau bahasa alam lain. Bukannya bermaksud hendak meremehkan, kadang kala mantra-mantra tradisional seperti itu mengandung makna yang memuja-muja makhluk, bukan Khalik. Dan yang tidak mereka tahu ternyata mantra itu berasal dari makhluk yang bukan seharusnya jadi sekutu kita. Lain lagi wiridan, atau dzikir yang berasal dari alam atau ilham yang merupakan rezeki. Tentunya tidak asal comot, kita harus benar-benar berfikir dan mempelajari dulu makna dzikir atau wiridan yang datang.
Namun, letak kekuatan bukan hanya berada halaman keghaiban saja. Pembinaan fisik juga penting dalam mempelajari ilmu beladiri. Dan kita sungguh kagum dengan kesaktian para raja zaman dahulu. Mereka bisa melompat lebih dari 5 meter, merayap didinding, dan juga yang bisa mematahkan serta menghancurkan dinding berkeping-keping.
Itu semua bukan fiksi, tapi kenyataan. Dan lagi, kondisinya disesuaikan dengan zamannya. Dizaman dahulu orang memang bisa merayap didinding rumah seperti cicak, namun bukan berarti semua dinding yang bisa mereka panjat. Secara historis dan arsitektur, rumah-rumah orang terdahulu berdinding kasar dan tidak secantik rumah-rumah yang ada sekarang. Jadi dengan berlatih rutin dan mencari strategi bagaimana caranya merayap didinding, kita juga bisa melakukannya. Ingat alat tempel yang menggunakan teknologi telapak cicak ? para pasukan rahasia intelijen Amerika telah lebih dahulu mempraktekkannya dalam penggunaannya dibidang teknologi.
Ada lagi yang terkenal dengan pukulan pamungkas yang bisa meleburkan bambu menjadi pecah berserakan. Hal yang seperti itu bisa dicapai dengan mudah. Kita-kita kaum pelajar tak perlu bersusah payah menghafal mantra dan sejenisnya untuk mendapatkan ilmu semacam itu.
Anda tentu tahu proses perkembangan tubuh yang akan semakin tangguh jika terus menerus dilatih. Jika setiap hari otot rajin dibawa berolahraga berat, serat-serat otot tersebut akan mengkerut dan mengalami beberapa kerusakan. Dan setelah dilakukannya resting atau istirahat 24 jam untuk memulihkan otot yang rusak, serat otot itu akan semakin bertambah padat karena adanya tambalan untuk menambal otot-otot yang rusak. Ini disebut dengan pemulihan super. Jika semakin sering dilatih, tentunya akan semakin kuat.
Dengan seringnya melatih tangan untuk memukul benda-benda keras secara rutin, maka tangan pun akan semakin keras dan akan sanggup menghancurkan benda yang lebih keras lagi jika semakin sering dilatih.
Masih banyak lagi keahlian dalam beladiri yang tidak hanya didapat dari membaca mantra. Melatih fisik adalah salah satu kuncinya. Yakinilah bahwa kekuatan yang sejati itu lahirnya dari diri kita sendiri.
Dan yang terpenting mendekatkan diri pada Allah adalah media lain yang bisa kita manfaatkan untuk mendapatkan power yang bermanfaat. Bisa dengan dzikir, berpuasa, asal jangan memakai jasa dukun, nujum, yang ketauhidannya diragukan alias meragukan apa dia orang yang benar atau sesat dalam agama. Sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist Rasul, dukun, tukang sihir, tidak membawa manfaat apa-apa pada kita selain kerusakan akhlak dan kemungkaran dalam fitnah.
Seperti mantra yang kita sendiripun tak tahu apa maknanya. Bandingkan dengan do’a, dzikir, dan wirid yang insya Allah terjamin kebenarannya karena lansung datang dari orang bisa dipercaya. Mana mungkin kita meragukan kekuatan Allah ? bukankah ilmu dari Allah adalah ilmu yang bermanfaat ?
Jadi orang sakti, nggak mesti pakai mantra ! latihlah tubuh kita agar bermanfaat. Jika hanya berdo’a saja tanpa usaha, apa kekuatan itu akan datang ? latihlah fisik, dan binalah akhlak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar