Senin, 06 September 2010

JIKA AKU SEORANG LELAKI MANDUL

Apa keputusan mu selanjutnya jika Aku, pacarmu, adalah orang yang mandul ? Aku adalah lelaki yang tidak bisa memberikan mu anak. Bahkan nafkah tubuh mu tidak sepenuhnya bisa ku berikan.



Kamu yang ku cintai, dan aku pacarmu. Apa pemikiranmu tentang masa depan kita yang mungkin pernah kau khayalkan, terutama mengenai ini..? Mungkin terdengar lucu untuk manusia seumuran kita membicarakan ini. Hanya saja, kita semakin dewasa. Kita sudah tidak mungkin lagi bermain-main.



Kita berpacaran sudah cukup lama. Dulu ini hanya untuk bersenang-senang, namun sekarang itu semakin serius seiring bertambah matangnya usia kita. Aku mencintai kamu, seperti kamu yang mencintai aku. Caraku mempercayai dirimu, seperti caramu yang mempercayai diriku. Semuanya indah dan sangat menyenangkan antara kita.



Aku dan kamu semakin dewasa. Kita bukan anak-anak atau remaja lagi. Tidak mungkin hubungan ini akan terus berada disini. Kita pada akhirnya harus menaiki tahap yang lebih tinggi. Namun bisa saja pada tahap itu bukan kita yang bersatu. Mungkin aku dengan orang lain, dan mungkin kamu dengan orang lain. Namun sejauh ini aku berharap kau lah pendampingku yang akan naik ke tahap itu bersama-sama. Aku dan kamu untuk bersama.



Sesekali kita pernah bercanda tentang menikah, anak, panggilan sayang, dan lain-lain.



Namun, harus ku katakan padamu. Tentang kekuranganku sebagai laki-laki. Seperti yang kutanyakan sebelumnya, apa keputusanmu selanjutnya mengenai hubungan kita jika aku adalah lelaki mandul..?



Kau pernah bilang padaku, bahwa kau sangat mencintai diriku. Baik itu dari banyaknya SMS yang kau kirimkan, atau pembicaraan kita setiap kali bertemu. Dan kau juga pernah mengatakan akan menerima semua kekuranganku tanpa protes, yang kemudian kau pun menerimanya.



Dan aku pun sampai saat ini harus dan telah mengakui, bahwa kau adalah perempuan yang mengerti diriku ini.

Tetapi jika ini kekurangan yang ku katakan, masihkah kau menerima..?



Cita-cita kita sudah tinggi. Aku mencintai mu sampai saat ini, entah bagaimana denganmu aku tak tahu apakah kau juga mencintaiku setelah saat ini.



Mungkin semasa sekarang kau menganggap ini bukan hal yang penting. Pasangan seusia kita yang remaja ini banyak terpengaruh emosi dalam berhubungan. Sehingga semuanya serba luar biasa dan meluap-luap. Pada usia ini mulut mu bisa mengatakan “Aku mencintai mu dan menerima kekurangan dirimu sama seperti luasnya samudera yang tak bertepi”. Namun ketika semuanya beranjak lebih dalam dan lebih berat lagi, kau akan berfikir berulang-ulang untuk mengatakan kalimat tadi.



Anak-anak tidak di tagih dan di tuntut atas perkataannya. Namun seorang yang baligh akan dituntut amal dan perkataannya.



Semakin dewasa, hubungan kita tidak hanya membicarakan hal yang asyik-asyik saja. Tidak lagi hanya membicarakan penampilan, dan tidak lagi membicarakan motor ku yang mengkilap.



Rumah, kemapanan ekonomi, kebijaksanaan, saling pengertian, ilmu tentang hidup bersama, dan anak-anak, itulah yang akan kita bicarakan.



Seterusnya, seorang perempuan amat mendambakan dirinya bisa menjadi Ibu dari darah dagingnya sendiri. Namun harus kukatakan walau sakit, untuk hal itu aku tidak bisa. Maaf ! Aku bisa memberikanmu cinta, harta, dan kasih sayang, namun tidak seorang anak. Karena aku lelaki mandul.



Dari cerita tentang diriku yang panjang ini, apa pilihanmu ? Masih ingin meneruskan hubungan ini hingga menikah denganku, namun tidak memiliki anak ? atau kau memilih berpisah dariku, kemudian mencari lelaki yang bisa memberikanmu anak ?



Aku ingin menegaskan padamu, usia mu saat ini hanya akan memberikan jawaban tentang emosi dan nafsu mu. Bisa saja kau menjawab tetap setia saat ini karena nafsu dan emosi tadi, namun pada akhir kenyataannya nanti, kau menyesal atas pilihanmu dan kata-kata mu.



Jawablah dan berikan keputusanmu setelah berfikir berulang-ulang hingga kau yakin. Aku lelaki mandul, yang tidak bisa memberikanmu anak. Bahkan nafkah tubuh mu tidak sepenuhnya bisa ku berikan. Masihkah kau mencintai ku ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar