Senin, 06 September 2010

HUKUM & PRINSIP BELADIRI CAKAR PETIR

Kami menghabiskan waktu bertahun-tahun pada masa awal belajar beladiri untuk bisa membunuh ego dan nafsu. Setelah tahap itu, kami juga harus melewati tahap mengenali diri pada jalan beladiri tersebut, juga butuh waktu bertahun-tahun. Kami tidak langsung belajar bagaimana caranya memukul, atau bagaimana caranya mematahkan tangan lawan. Mempelajari tinju tapi tidak mempelajari tangan yang menjadi tinju, sangat berbahaya untuk peradaban.



Pelajaran pertama yang harus dikuasai seorang pelajar beladiri adalah berlari dan mengelak. Kemudian menangkis. Setelah itu melepaskan. Jika pelajaran itu sudah kami kuasai dengan baik. Pelajaran selanjutnya adalah memukul dan menendang.



Mereka yang memiliki kemampuan beladiri, seperti senjata yang siap tembak.



Belajar beladiri hanya untuk pamer otot atau membunuh, adalah salah besar. Pistol, berdandan necis, atau bom lebih baik daripada itu.



Belajar beladiri adalah keharusan. Punya kekuatan yang besar adalah tanggung jawab. Namun menjadi orang jahat atau baik dengan beladiri, adalah pilihan. Sama seperti dalam pertarungan, apakah harus menghancurkan gigi lawan dengan tinju, atau melepaskannya saat ia sudah tidak melawan lagi.



Berlatih satu jurus untuk seribu kali lebih baik daripada berlatih seribu jurus satu kali.

Kita mungkin bisa mematahkan sepuluh lengan dan merontokkan semua gigi depan lawan. Namun jika kita bisa melepaskan mereka tanpa cacat, mengapa mesti menghancurkan wajah mereka dengan keras..?



Jika bisa menghindari perkelahian, mengapa mesti mengorbankan tangan untuk bertempur ?



Perkelahian itu Ibarat sebuah batu, menyambut perkelahian berarti menyambut lemparan batu. Jika perkelahiannya kecil, maka itu adalah lemparan batu yang kecil. Namun jika terjadi perkelahian yang besar, itu adalah lemparan batu yang besar. Seperti refleksmu saat dilempar sebongkah batu, jika bisa mengelak, mengapa harus menangkap…? Benar jika itu batu kerikil yang bisa ditangkap. Tetapi saat batu seberat 100 pound yang dilontarkan pada kita, mungkinkah untuk ditangkap dengan tangan ?


Kesombongan dan nafsu ingin berkelahi itu hanya dimiliki oleh mereka yang seorang pemula. Seorang pemula namun tidak berisi.



Hanya binatang yang menjadikan perkelahian sebagai solusi nomor satu dalam setiap perselisihan.


Kekuatan tangan dan kaki, tidak dapat meruntuhkan kekuatan fikiran. Latihlah mental dan intuisi mu dengan baik. Seumpama otot yang tidak bisa meruntuhkan strategi.


Perbedaan antara orang yang berilmu dengan tidak adalah ; mereka yang berilmu tidak akan melanjutkan tantangan dan sikap orang bodoh dengan serius. Saat mereka mencapai titik kecerdasan yang semakin tinggi, maka mereka akan hanya tertawa saat orang-orang bodoh menjahati dan menyakiti perasaan maupun lahiriah mereka. Namun hanya sampai pada batasan tertentu. Jika melewati batasan itu, berarti sudah saatnya mereka membela diri dengan ilmu mereka.


Mewaspadai setiap tindakan dan menghitung-hitung baik buruknya, adalah kehati-hatian seorang pendekar.


Tidak menyalahkan prinsip orang lain walaupun salah dengan keras, dan tidak memaksa untuk membenarkan pandangan diri sendiri pada orang lain walaupun benar. Karena jika lawan sudah meyakini 1+1 = 3 , biarlah itu jadi pandangan mereka. Salah benar itu urusan mereka. Namun kita juga diwajibkan memberikan mereka pengetahuan yang benar, jika suatu saat mereka masih ngotot memaksa kita untuk meyakini pengetahuannya yang salah.


Berlari bukan berarti kalah. Diam bukan berarti bodoh. Bersembunyi bukan berarti takut. Namun kita butuh perhitungan yang baik sebelum menyerang balik, berbicara, dan menampakkan diri.

Ilmu adalah alat untuk mencapai kesejahteraan hidup. Baik lahiriah maupun batiniyah.


Pandanganmu adalah pandanganmu. Pandanganku adalah pandanganku. Seperti meyakini ada atau tidaknya planet yang berpenghuni selain bumi. Sekuat apapun kau berbicara, dan sekuat apapun fakta-faktanya, pandanganku tetaplah pandanganku.


Ada 3 pengertian untuk orang bodoh ;

1. 1. Orang yang tidak mau tahu tentang sesuatu, padahal sesuatu itu mesti ia ketahui.
2. 2. Orang yang menganggap dirinya benar, terutama masalah pemikiran manusia. Padahal ia belum berjumpa dengan semua manusia terdahulu, manusia dimasa sekarang, dan manusia dimasa depan.
3. 3. Orang yang hanya mau mempelajari satu materi pembelajaran dan cepat berpuas diri.

Kemampuan beladiri dapat digunakan pada jalan yang baik, atau pada jalan yang salah. Namun aku tidak akan mau mengajarkan beladiri padamu, jika tujuanmu adalah membalas dendam dan berbuat jahat dengan ilmu itu.

Tidak menunjukkan kepal tinjumu pada mereka yang tidak berdaya dan tidak mengganggu.

Terakhir ; BELADIRI adalah sebuah jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar