Sabtu, 20 Oktober 2012

Surat Pinangan Merah Jambu


Mama pernah bilang; “Segala yang baik, pasti mahal maharnya.”

Aku mungkin tak bisa membayarnya dengan bekerja untuk mu sepanjang hidup. Mungkin juga tak bisa melunasinya dengan memasang badan sepanjang waktu di sampingmu. Meski begitu, yang paling ku inginkan di saat itu adalah, aku mengawalmu meski mata ku sudah tertutup.

 Aku punya langit dan udara jadi teman. Sayang ini ku titipkan pada mereka. Ku minta udara menyampaikannya, ia berhembus di sela-sela kita. Berkeliling terus berbisik di dekat telinga. Dan menghembuskannya berkali-kali.

Pada langit ku teriakkan sebuah nama. lalu mengabarkan pada yang ada di bawahnya. Ia mengabarkan, kalau aku memanggil mu di sini sejak tadi. Sampai masa yang tak terhingga.

Engkau mengerti bagaimana caranya berdandan. Meski bukan dengan bedak, dirimu sudah lebih cantik dengan ilmu dan iman.

Bidadari pun mengalah karena malu. Sesuatu yang tidak pernah mereka lihat, ternyata ada yang paling cantik dan ada yang lebih menawan dari diri mereka.

Aku tak ingin melakukan hal-hal bodoh, lalu menyesal di sisa waktu yang ada.

Aku ingin engkau jadi kekasih, bukan budak atau pembantu.

Hari ini, waktu serasa berjalan lambat, walau aku ingin segalanya berjalan cepat. Agar kita lekas menjalin janji di depan wali yang juga pasti engkau sayang. Dan bila waktu-waktu seperti itu telah terjalin, aku ingin semuanya berjalan lambat, walau waktu setelah itu berjalan cepat.

Kau yang membuatku bangga. Dan engkau pula yang jadi kehormatanku.

Kata Mama, “Satu waktu, ketika yang kamu putuskan adalah mencintai dia, maka kamu harus bersiap jika suatu saat ditinggalkannya. Dan jadikanlah maut sebagai pemisah,  yang meninggalkan salah satu di antara kalian berdua.”

Dan saat aku memutuskannya, lalu dirimu juga mengambil keputusan, maka aku jadikan ajal sebagai perenggang sementara dekapan kita.

Tetapi, meski aku harus bersiap, bukan berarti aku akan sanggup melewati saat-saat sesudah itu. Karena Allah tak berencana memisahkan ku atau dirimu, cinta. Ia akan dekatkan kita lagi, saat akhirat jadi zaman dan suasana kehidupan terbaru.

Jarak ini sudah menguji sekaligus menjaga kita. Yang ku cari bukanlah perempuan sempurna, karena jika begitu, aku akan kerdil. Aku mencari dan memilihmu karena aku percaya, kau bisa menyempurnakan diriku. 

Cinta, seutas benang masa depan telah ku rajut. Sepetak hari nanti telah ku bangun. Lalu mendekatlah, kan ku jemput dirimu. Surat pinangan merah jambu, pesan cinta dari ku.

~ Si Jelek. 


2 komentar: