.:: CHEN FAKE ::
Chen Fake (1887 – 1957) lahir di Chenjiagou, kabupaten
Wenxian, propinsi Henan. Ia merupakan generasi ke 17 dari keluarga Chen, cucu
Chen Changxing.
Chen Fake merupakan pewaris Tai Chu Chuan aliran Chen yang
semangatnya amat menggelora. Ia berkomitmen untuk berlatih 100 kali rangkaian
Tai Chi Chuan setiap hari, baik pagi, sore, ataupun malam. Secara khusus ia
juga berlatih pada matahari terik musim panas, agar bisa melakukan koreksi
terhadap kebenaran postur dan gerakannya dari bayangan tubuhnya di lantai.
Selain itu, Chen Fake juga berlatih dengan tongkat kayu
sepanjang 4 meter dengan diameter 15 cm. dengan tongkat itu, ia mengangkat
benda berat sebanyak 300 kali sehari dalam rangka melatih kekuatan pergelangan
tangannya.
Ia mulai terkenal saat usianya 17 tahun. Di desa Chen, ada
seorang pria sangat kuat yang mendapat julukan si ‘banteng’. Suatu hari, si
‘banteng’ memegang tangan Chen erat-erat. Dan hanya dengan menggunakan kekuatan
guncangan dari Tai Chi Chuan, ia tidak hanya melepaskan tangannya dari
cengkraman si ‘banteng’, tapi juga menghempasnya ke tanah.
Saat si ‘banteng’ coba bangkit dan meraih Chen lagi, ia
mengikuti gerakan lawannya dengan gerakan “Naga hitam muncul di air”, yang
kembali menghempaskan sang lawan 3 meter jauhnya.
Dan pada usia 20 tahun, ia mengikuti kompetisi Wushu di ibu
kota kabupaten, dan keluar sebagai juara. Dan ketenarannya merebak ke semua
kabupaten yang ada di Cina.
Ketenarannya itu terdengar oleh panglima perang Han Fuju,
yang kemudian mengirim utusan untuk mengajaknya menjadi kepala instruktur
beladiri Cina. Namun Chen menolak dengan halus. Penolakan itu memancing
ketersinggungan dari pihak panglima, dan memerintahkan pelatih di pasukan
beladirinya untuk menusukkan tombak ke tenggorokan Chen.
Dengan tangan kosong, ia menunggu sampai tombak itu dekat
tubuhnya. Kemudian dengan tangkas merendahkan tubuhnya dan menggunakan putaran
Tai Chi Chuan ia membuat lingkaran di udara dengan tangannya. Mencengkram
tangkai tombak, memilin ringan, dan menusuk musuh dengan ujung yang lainnya. Akibatnya,
si penusuk terlempar 4 meter jauhnya.
Melihat kejadian itu, panglima Han Fuju tidak kapok. Dan
berupaya dengan cara lain. Yakni menantang Chen untuk dikepung dalam sebuah
lingkaran yang ditandai di lantai. Lalu tangannya berada dibelakang. Lalu
seorang pelatih Wushu mencoba untuk menyayatnya dengan golok.
Chen tidak menggunakan tangannya, melainkan tendangan ganda
dan lambaian ganda Tai Chi Chuan. Akibatnya, golok terlempar dari tangan si
penyerang.
Pada tahun 1928 atas undangan kemenakan laki-lakinya, Chen
Zao Pi, ia datang ke Beijing untuk melatih Tai Chi. Pada waktu itu, di Beijing
ada 3 bersaudara yang sangat terkenal arogan sekaligus kuat. Mereka adalah 3
bersaudara Li, yang memandang remeh Tai Chi Chuan keluarga Chen.
Mereka bertiga menantang Chen karena mendengar reputasinya.
Dan Chen datang memenuhi panggilan itu. Li yang tertua maju untuk pertama
kalinya dan menjadi orang pertama yang menjajal Chen. Selain perawakannya yang
bertubuh tinggi besar, ia juga melecehkan Tai Chi Chuan aliran keluarga Chen di
depan Chen saat itu juga.
Ia menerjang Chen dengan tenaga penuh. Chen berteriak
‘Ha!’, dan melakukan gerakan secepat kilat sambil melempar Li tertua kearah
jendela di samping pintu. Melihat kejadian itu, kedua Li yang lainnya ciut
nyalinya, dan memilih untuk kabur.
Ia memiliki banyak murid dari kalangan yang terkenal. Di
antaranya adalah kepala pusat pelatih Wushu Beijing, Xu Yu She dan Li Jian Hua
serta Shen Jia Zhen. Disamping itu masih ada actor opera peking yang terkenal
akan keahlian wushunya, serta memerankan banyak pendekar, Yang Xiao Lu,
menyebut Chen sebagai gurunya.
Secara bersama-sama mereka menghadiahi Chen dengan ukiran
yang bertuliskan, “Yang terbesar dalam Tai Chi Chuan”. Setelah itu ia
mendirikan pusat latihan wushu Tai Chi Chuan di Beijing.
Sekali waktu, Xu Yu She menyelenggarakan kejuaraan beladiri
di Beijing. Ia diundang sebagai penasihat. Saat berdiskusi tentang
pertandingan, seseorang mengusulkan agar batas pertandingan adalah 15 menit.
Sebaliknya, Chen berpendapat, cukup 3 hitungan saja. Li Jian Hua yang hadir
pada diskusi itu bingung mau menerima usul yang mana. Chen pun tersenyum dan
berkata; “Jika kamu tidak percaya, mari kita coba.”
Li berperawakan tinggi besar dengan tinggi sekitar 2 meter,
berserta berat 100 kg. pada awalnya, Li adalah seorang pelatih Wushu di
Northeast Cina University dengan gaya Pa Kua Cang. Dengan agresif dan tanpa
segan ia menyerang Chen. Chen mengelak dan dengan satu elakan cepat, tubuh Li
terangkat dari lantai setinggi 30 cm dan menabrak dinding. Sebuah bingkai kaca
yang terpantek di dinding jatuh berkeping-keping. Meski tidak terluka, baju Li
kotor karena bubuk cat yang rontok.
Pada pertandingan di Beijing tersebut, hadirlah seorang
pegulat bernama Shen San yang sering menjuarai kejuaraan nasional. Saat
bertukar sapa dan saling ngobrol, Shen San pun berkata; “apa yang terjadi jika
seorang pegulat bertemu dengan ahli Tai Chi Chuan?”
Chen menjawab dengan tersenyum, “dalam perkelahian, dapat
kah anda memilih lawan?”
Keduanya setuju untuk saling coba, dan Chen mempersilahkan
Shen menangkapnya. Sementara itu Chen mengangkat kedua tangannya. Ketika Shen
San menangkap tangan Chen, penonton berharap dapat menyaksikan duel mencekam.
Namun tak lebih dari 3 detik, kedua tertawa. Pertandingan selesai.
Dua hari kemudian, Shen datang mengunjungi Chen yang sedang
melatih murid-muridnya. Ia membawakan Chen sebuah hadiah yang sangat mahal dan
membuat murid-murid Chen terkesima. Ia pun segera menjelaskan permasalahannya.
“Guru besar Chen tidak hanya hebat dalam wushu, tapi juga
moralnya benar-benar terpuji. Pada waktu duel itu, saya dipersilahkan untuk
mengangkat tangan guru Chen. Saya ingin menjatuhkannya, tetapi tak bisa. Saya
mengganti strategi dan berniat untuk mengangkat kakinya, tetapi tetap tidak
bisa. Saat itu saya sadar, kemampuan saya sangat jauh dibandingkan guru Chen.
Namun beliau tidak berniat sekalipun untuk menjatuhkan saya. Padahal jika ia
mau, ia bisa mempermalukan saya semudah membalikkan telapak tangan. Pada hari
ini saya datang untuk menyampaikan rasa hormat saya!”
Ini membuktikan sesuatu bahwa selama puluhan tahun ia
tinggal di Beijing, tak seorang pun ia memiliki musuh. Karena perangai dan
moralnya yang terpuji.
dikirain cuan saham.. hadoh
BalasHapus