:: YANG LU CHAN ::
Yang Lu Chan adalah pecinta seni beladiri yang mempelajari
beladiri aliran keras dari banyak guru. Suatu ketika, ia terlibat perdebatan
dengan seorang anggota keluarga Chen. Perdebatan berlangsung sengit, hingga
akhirnya terjadi duel. Dalam duel itu, Yang terjatuh dan kalah. Ia kecewa
karena kemahirannya dalam beladiri masih amat rendah dibandingkan keluarga
Chen. Maka dari itu, ia meminta pertandingan ulang, dan sementara itu ia
melatih diri lebih giat.
Pada pertandingan ulang, lagi-lagi Yang kalah. Dan
benar-benar kecewa karena kalah lagi. Kejadian ini membulatkan tekadnya untuk
belajar beladiri aliran keluarga Chen.
Sesungguhnya, beladiri aliran keluarga Chen yang Tai Chi
Chuan ini hanya di ajarkan khusus kepada anggota keluarga, dan mereka menetap
disebuah perkampungan khusus yang bernama Chenjiagou. Sedangkan yang
mengalahkannya waktu duel itu adalah keponakan laki-laki guru Besar.
Yang berharap agar dapat mendekat dan belajar disana. Tetapi
ia tahu pendekatan langsung tidak akan berhasil. Oleh karena itu ia mendekati
dengan cara lain. Yang memutuskan untuk menyamar menjadi pengemis. Selanjutnya
ia membuat dirinya seolah-olah bisu dengan menelan batu bara panas. Dengan
kondisi yang demikian, ia berharap Guru besar tersentuh hatinya.
Hingga akhirnya ia diterima sebagai murid di sana. Dan
berkat kerajinannya, ia menjadi pelayan kepercayaan dan di ijinkan masuk ke
ruang dalam. Meski sudah tinggal bertahun-tahun, Yang tidak mendapat petunjuk
sedikit pun tentang beladiri keluarga Chen. Hingga suatu malam, ketika ia telah
tidur nyenyak, Yang terbangun oleh teriakan orang berlatih yang berasal dari
gedung belakang.
Yang bangun, melompati tembok, dan mencari asal suara.
Dengan hati-hati, ia melobangi jendela kertas dan melihat guru Chen sedang
memberikan instruksi tentang teknik ‘menarik dan mendorong’ serta ‘menerima’
energy. Dengan cermat ia perhatikan gerakan-gerakan tersebut. Sejak saat itu ia
menghafal gerakan-gerakan tersebut, dan melatihnya diam-diam di kamar. Karena
sudah memilki dasar beladiri yang sangat baik, Yang dengan mudah menguasai
teknik-teknik tersebut. Ditambah lagi dengan keuletannya, kemampuan Yang
berkembang sangat pesat.
Pada suatu malam, ketika ia sedang berlatih, Yang
dikagetkan dengan munculnya sang guru besar yang sedang memperhatikan
latihannya. Pada zaman itu, di Cina, bagi orang yang dengan sengaja mencuri
ilmu orang lain, harus menyerahkan tangan kanannya atau kepalanya sendiri
sebagai ganti. Tetapi ucapan guru besarnya itu malah mencengangkan Yang, karena
ia hanya mengatakan ;
“Apakah kamu kira saya tidak tahu ketika kamu mengintip
kami latihan? Saya sengaja membiarkanmu karena saya ingin melihat seberapa
besar minat dan kepandaian yang kamu peroleh. Jika kamu tidak dapat menunjukkan
kemahiran itu, saya sendiri yang akan membunuhmu!”
Kemudian, ia mengetuk kepala Yang tiga kali, dan berlalu
serta meninggalkan pertanyaan yang membingungkan di kepala Yang. Sejak saat
itu, Yang mendapat instruksi khusus dari guru besar setiap jam 3 pagi, tanpa
ada seorang pun yang tahu. Dengan demikian, Yang Lu Chan adalah orang pertama
yang bukan keluarga Chen, yang diajari beladiri aliran Chen tersebut.
Pada pertandingan yang diadakan setahun sekali oleh
keluarga Chen, Yang diminta oleh guru besarnya untuk ikut bagian. Ternyata
hasilnya sangat mengejutkan, satu persatu keluarga Chen dapat dikalahkannya.
Guru besar sangat takjub dengan kemahiran dan kejeniusan Yang. Maka dari itu,
ia pun diajari lebih dalam lagi tentang teknik-teknik rahasia keluarga Chen.
Setelah tamat belajar, ia mendapat pesan untuk selalu mengembangkan Tai Chi
Chuan yang sudah dipelajarinya.
Setelah 3 tahun mengembara dan terkenal dengan sebutan
‘Yang tidak terkalahkan’, ia mendirikan perguruan Tai Chi Chuan di Beijing. Yang
juga ditunjuk sebagai pelatih tentara kerajaan serta instruktur battalion
perang Manchu. Keahlian Yang dikenal dengan ‘Hua Chuan (tinju penetralisir atau
‘Mien Chuan (tinju fleksible)’ karena gerakannya sangat lembut.
Watak Yang sangat terus terang dan penuh semangat. Yang
sangat suka bertanding dengan pendekar dan guru dari beladiri aliran lain. Bila
ada pendekar yang berilmu tinggi, ia akan mendatanginya dan memintanya untuk
bertanding. Tak jarang pula ia ditolak, malah kadang Yang sering memaksa untuk
bertanding. Namun, dari banyaknya lawan yang menghadapinya, ia tidak pernah
mencederai sang lawan sedikit pun.
Kenyataan tersebut dibuktikan pada saat Yang berada di
Kuang Ping, dan berduel dengan seorang pesilat di atas atap rumah. Saat itu
lawannya sudah kalah dan terjungkal kebelakang. Karena sudah kehilangan
keseimbangan, lawannya sudah tak mampu berdiri tegak dan tubuhnya condong
kebelakang nyaris terjatuh.
Yang melompat dari jarak 30 kaki, dan mencekal kaki
lawannya yang nyaris jatuh dari atap. Tindakannya berhasil menyelamatkan nyawa
sang lawan.
Dalam berpergian, Yang selalu membawa tombak pendek, dan
sebuah tas. Di samping ilmu Tai Chi Chuan, Yang juga menguasai ilmu tombak yang
sangat mengagumkan. Semata-mata dengan jentikan tangkai tombaknya, Yang dapat
mengambil dan mengangkat sasaran ringan yang ada ditanah. Sambil menunggang
kuda, ia mampu melempar anak panah tanpa busur hanya dengan jarinya. Sedemikian
hebatnya Yang setiap ia melempar panah, setiap lemparan itu pula yang kena.
Di bagian barat hiduplah seorang tuan tanah yang kaya
bernama Chang. Chang sangat tergila-gila dengan beladiri, hingga ia
mempekerjakan 30 orang guru ahli beladiri dari 30 daerah yang berbeda di Cina.
Mendengar reputasi Yang, Chang meminta sahabatnya, Wu, untuk mengundang Yang
sebagai guru pribadinya. Ketika Yang datang, Chang sama sekali tidak respek
karena Yang berperawakan kurus, pendek, dan sederhana.
Ia meremehkan Yang, dan memberikan layanan ala kadarnya.
Yang menyadari itu, dan mengambil tempat duduk dan menuangkan araknya serta
meneguknya sendiri. Melihat itu, Chang tidak senang dan berkata, “Saya sering
mendengar reputasi anda. Tetapi saya ragu apakah Tai Chi Chuan bisa digunakan
untuk memukul orang?”
Dengan tenang, guru Yang menjawab, “Hanya 3 jenis orang
saja yang tidak bisa dipukul”. Chang bertanya lebih lanjut, “Siapakah itu ?”
“Orang yang terbuat dari kuningan, orang yang terbuat dari
besi, dan orang yang terbuat dari kayu. Selain itu, tiada yang sulit.” Jawab
guru Yang dengan tersenyum.
Chang berkata, “Saya memiliki 30 orang pesilat di rumah
ini. Dan pelatih Liu lah yang paling kuat. Guru Liu mampu mengangkat beban 500
pound. Sanggup kah anda melawannya?”
Guru Yang mengangguk dan berdiri. Liu berperawakan besar,
tinggi kekar bak harimau. Pukulannya mengeluarkan bunyi menderu. Saat Liu
menonjok dengan kekuatan penuh, Yang tidak bergeming sedikit pun dan menunggu
tinjunya mendekat. Saat sudah mendekat, Yang bergerak menetralkan pukulan Liu
dengan bergerak sedikit kearah kanan. Seketika kekuatannya hilang, dan guru
Yang mendorong sedikit saja Liu dengan tangan kirinya. Dan tubuh Liu mencelat
tinggi lebih dari 30 kaki.
Pada kesempatan yang lain, saat Yang sedang memancing di
hulu sungai, lewatlah dua orang guru Shaolin. Mereka jeri untuk menantang
langsung, jadi mereka memilih untuk mendorong yang dari belakang hingga
tercebur, dan rusaklah reputasi Yang. Namun, indera Yang sangatlah tajam. Ia
mengetahui ada serangan mendadak, dan menggunakan teknik ‘mengelus surai kuda’.
Yakni merendahkan kepalanya dan menaikkan punggungnya.
Kedua guru Shaolin itu tercebur, dan Yang pun berkata,
“Hari ini kalian beruntung. Jika di darat, saya ingin mencoba kalian lebih lama
lagi. Kita jajal kemampuan masing-masing dan kalian tidak akan lolos dengan
mudah.” Mendengar ucapan Yang yang demikian, mereka kabur dan menyelam kedalam
air.
Pada suatu hari, guru Yang pergi ke Peking dan bertemu
dengan seorang petinju tenar bersama temannya yang mencegat Yang. Ia menantang
Yang, tetapi ditolak berkali-kali. Karena ditanggapi demikian, sang petinju pun
berkata, “Rupanya yang digembar-gemborkan sebagai pendekar besar itu hanya lah
seorang pengecut!”
Pada akhirnya, Yang tidak dapat menghindar lagi dan sambil
tertawa ia berkata, “Baiklah, kalau begitu. Anda pukul saja saya 3 kali.” Mendengar
itu, petinju tersebut sangat gembira dan segera menonjok perut Yang dengan
teknik tinjunya yang sudah banyak makan korban.
Tetapi, sebelum tawa Yang usai, si petinju sudah terlempar
jauh. Temannya bahkan tak melihat bagaimana Yang mengatasi pukulan ke perut
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar