:: YIN FU ::
Yin Fu yang juga terkenal dengan sebutan Te An dan Shou
Peng berasal dari desa Chi di propinsi Hopei. Pada masa mudanya ia berangkat ke
ibu kota dan berbisnis kecil-kecilan sebagai pengasah gunting dan pisau. Kemudian
menjual kue kering panas di jalanan.
Yin Fu memiliki reputasi yang bagus, karena sudah
mempelajari Hua Chuan. Ia juga mendengar reputasi Tung Hai Chuan (Biografi
singkatnya ada di note yang sebelumnya). Dan memindahkan lokasi penjualannya ke
dekat Istana. Ia selalu menantikan kesempatan menyaksikan aksi Tung sambil
berjualan. Bahkan jika dagangannya sudah habis, ia rela duduk menunggu di
gerbang istana berharap agar dapat bertemu dengan Tung.
Kebiasaan ini berlangsung lama, walau ia tak sekalipun
bertemu dengan Tung. Namun, setelah sekian lama, Tung pun mendengar keuletan Yin
Fu. Dan ia pun mengundang Yin Fu ke istana, dan mengenalnya sebagai orang yang
baik. Tung bersedia mengangkatnya sebagai murid.
Yin Fu menjual dagangannya agar dapat berlatih siang dan
malam. Pada awalnya ia mempelajari Lohan Chuan (Shaolin Lohan). Selanjutnya Pa
Kua Cang yang dilatihnya sepanjang hari. Tak peduli siang atau malam, panas
atau dingin.
Sewaktu Tung meninggalkan istana, Yin Fu telah menguasai Pa
Kua Cang dengan sangat baik, disamping ilmu pedang dan tombaknya Tung. Karena
Yin Fu mengorbankan semua bisnisnya, hanya kepada nya lah Tung mengajarkan
semua ilmunya. Dan kebanyakan murid Tung
itu dilatih oleh Yin Fu.
Perangai Yin Fu sendiri lembut, tetapi serius. Tinggi
kurus, namun gagah. Dan dijuluki Shou
Yin (Yin Kurus). Murid-murid yang belajar padanya, akan diajari berurutan
Shaolin Lohan, lalu Pao Chui, Kung Li Chuan, dan akhirnya Pa Kua Cang.
Selama pemberontakan Boxer, dan ketika delapan tentara
menyerbu Beijing, janda permaisuri/ratu memutuskan untuk berlindung di kota
terlarang. Ia memilih sendiri siapa-siapa yang jadi pelindungnya, sedangkan Yin
Fu jadi pengawal pribadinya.
Setelah Tung Hai Chuan meninggal, kota dibagi dalam 4
bagian. Utara, selatan, timur, dan barat. Yin membawahi murid-murid Tung di bagian
selatan kota.
Yin Fu sendiri berasal dari keluarga miskin, saat
kehidupannya sudah membaik, ia sering mengirimkan bahan makanan dan pakaian
kepada keluarganya di kampung. Ia sangat dihormati muridnya karena karakternya
yang memang sangat baik dan juga kepala keluarga yang baik. Selanjutnya ia
membuka usaha toko porselen.
Yin Fu adalah pakar Lohan Chuan, maka dari itu Pa Kua Cang
nya sangat terasa dipengaruhi oleh gerakan Lohan Chuan. Ia juga sangat jago ilmu
ringan tubuh, dan menjadi orang pertama yang di istana di kenal dengan sebutan
‘telapak lidah sapi’. Pola telapak tangan dan jarinya lima jari bersama-sama
membentuk titik pisau. Alirannya menggunakan telapak menusuk seperti itu
menjadi sikap utamanya. Terdapat 8 rangkaian yang setiap gerakannya mengandung
8 gerakan tangan, sehingga semuanya berjumlah 64 gerakan tangan.
Yin Fu meninggal tahun 1911 dalam usia 69 tahun. Dari semua
muridnya, hanya 3 orang saja yang benar-benar mewarisi kepandaiannya; Ma Kui,
Kung Pao Tien, dan Tsui Chen Tung.
-----------------------------------------------------------------------------
:: CHENG TING HUA ::
Ia merupakan murid dari Tung Hai Chuan yang terkenal. Berasal
dari desa Cheng di kabupaten Chi, Propinsi Hopei. Pindah ke Beijing, ia membuka
toko optik di dekat kuil Semangat Api di jalan Ssu Shuai di Plaza Pasar Bunga. Sejak
muda dia adalah orang terbaik di beladiri Shuai Chiao. Selain itu ia juga
dikenal karena kemampuan melemparkan senjata rahasia. Ia sendiri merupakan
teman baik Yin Fu (biografinya di atas), dan Shih Chi Tung.
Ia sering mendengar teman-temannya itu bercerita tentang
Tung Hai Chuan. Ia pun mengutarakan keinginannya untuk menjadi murid Tung, dan
mereka berdua membantu Cheng dengan merekomendasikannya kepada Tung. Saat itu
usianya sekitar 28 tahun.
Ia diterima dan diajari Tung sekitar setengah tahun
lamanya. Dalam waktu singkat begitu, Tung melihat bakat Cheng yang luar biasa,
termasuk kecerdasannya yang tergolong super jenius. Selain itu, Tung juga
tertarik dengan kebijaksanaan Cheng dan kebaikan hatinya. Dan padanya, Tung mengajarkan
ilmu rahasianya. Dan dalam bertahun-tahun, Cheng mencapai level yang sangat
tinggi. Olehkarena itu, setiap penantang yang datang ke perguruan dan ingin
menantang Tung, harus melawan Cheng terlebih dahulu.
Cheng sangat ahli memutar tenaga lawan, dan menjungkalkan
diri lawannya hanya dengan mengembangkan sedikit tangannya. Akhirnya, seijin
Tung, ia diberi ijin untuk mendirikan perguruan sendiri.
Perangai Cheng sangat menuruti kata hati, walaupun
perawakannya pendek, tetapi ia sangatlah kuat. Dalam setiap pertarungan ia suka
menggunakan gempuran tunggal dan hampir selalu berhasil menjungkalkan lawannya
hanya dengan sekali serang. Dalam Pa Kua Cang, ia dikenal dengan sebutan
telapak cakar naga. Dan
mengkombinasikannya dengan Hsing-i. sehingga kadang Pa Kua Cang nya menyerupai
Hsing-I, termasuk langkah dan telapak tangannya.
Ia mengenakan rompi yang berisi serbuk besi seberat 10
pound, sepanjang hayatnya. Baik di saat berbisnis, berlatih, tidur, dan tidak
pernah meninggalkan rompinya tersebut dan tidak peduli cuaca yang panas atau
dingin. Ia berlatih hantaman pada karung pasir seberat 300 pound setiap hari.
Kekuatannya sangat kuat. Ia menggunakan segentong air yang
di gantung dengan tali, dan menggunakan satu tangannya untuk mengangkat gentong
air tersebut naik turun 10 kali. Sambil mengangkat gentong air tersebut, ia bergerak melingkar 3 kali. Air
yang didalam gentong tersebut tidak tumpah sama sekali. Tanpa terlihat
kelelahan dan wajahnya tak pernah memerah.
Karena reputasinya yang demikian, banyak orang yang
berusaha untuk menantang Cheng dan membuatnya malu, tetapi selalu gagal. Suatu
hari datang seorang berperawakan besar dan kasar menantangnya bertarung.
Cheng menyodorkan tangan kanannya dan berkata, “Jika anda
dapat mengangkat tangan saya, maka saya menyerah kalah.”
Orang tersebut menggunakan bahunya dan mengangkat tangan
Cheng. Ia menggunakan kekuatan penuh, tetapi Cheng sama sekali tak bergerak.
Dengan ringan, Cheng menekuk sikunya kebawah dan penantangnya terjengkang. Dan
baru bisa bangun setelah cukup lama.
Cheng bersahabat baik dengan para pendekar dan guru
Hsing-I, salah satunya adalah Kuo Yun Shen. Dia adalah salah satu teman
dekatnya. Ketika Kuo datang ke ibu kota, dengan maksud untuk menantang Tung Hai
Chuan, guru nya Cheng. Dia meminta pendapat Cheng tentang niatnya itu.
Cheng pun berkata; “Kita berasal dari desa yang sama, dan
telah lama berteman baik. Jadi jujur saja, saya sarankan lebih baik engkau
batalkan niat mu. Karena pertandingan itu dapat merusak reputasimu. Tung sangat
senang bertanding, 10.000 orang telah dijatuhkannya. Bagaimana kamu dapat
berharap menang? Saya mohon dengan rendah hati agar tidak usah pergi saja.”
Kuo mendengar nasehat Cheng, setelah Cheng selesai meminum
tehnya, Kuo berkata; “Bagaimana kalau jika kau mencoba Beng Chuan ku?”
Saat itu pukulan Kuo tiba, Cheng mengelakkan pukulan itu
dan sebagai akibatnya kerangka pintu pun menjadi sasarannya hingga rusak berat.
Kuo tinggal selama beberapa hari dengan Cheng, dan membatalkan niatnya.
Sedang pada suatu waktu, datanglah seorang pria bernama Li
Yung Kui dari Shantung, berperawakan tinggi, dan kekuatan tangannya 100 pound.
Ia berlatih tangan besi dan kemampuan beladirinya luar biasa. Ia datang kerumah
Cheng dengan golok tunggal dan berteriak, “Cheng! Dimana kau?”
Cheng keluar rumah, dan bertanya apa maksud kedatangan Li.
Li menjawab ia datang dari Shantung untuk menemui Cheng. Cheng sendiri
memperkenalkan diri sebagai adiknya Cheng Ting Hua dan memberi tahu kalau
kakaknya sedang pergi mengunjungi temannya. Dan Li dipersilahkan masuk, dan
dijamu seperti tamu terhormat.
Tingkah Li sangat tidak sopan. Ia memakan kue-kue sajian
dengan sangat rakus, tetapi Cheng melayaninya dengan baik. Saat Cheng bertanya,
apakah sajiannya cukup, Li menjawab “tidak terlalu jelek!”
Selanjutnya Li pergi keluar rumah, dan Cheng memerintahkan
salah satu muridnya untuk mengamati Li. Ia mendapat laporan bahwa saat Li
berada diluar, ia meraih sebongkah batu lalu meremukkan batu tersebut. Cheng
menduga, Li tidak akan mau pulang sampai ia bertemu Cheng. Disisi lain, ia juga
menduga kalau Li ingin menjadi muridnya.
Cheng mendatangi Li dan berkata; “Tak seorang pun tahu
kapan Kakak Cheng akan kembali. Tetapi saya telah berlatih cukup lama. Mengapa
kita tak menukar jurus?” Li menjawab, “Ide baik, nanti jika hantamanku mampu
menjatuhkanmu, aku akan melanjutkan mencari Cheng.”
Kedua orang tersebut menuju halaman dan membentuk posisi
masing-masing. Pada gebrakan pertama
Cheng meletakkan telapak tangannya diatas paha Li dan Li terlempar sejauh 6
kaki, saat terlentang di tanah, Li mencoba teknik macan lapar mengoyak makanan.
Tetapi Cheng hanya menghindari dan kembali Li terlempar, berguling-guling di
tanah. Ia membuka mata dan berkata, “Kamu bilang sebagai murid Cheng, tapi
menurutku kau lah Cheng! Mengapa kau tak berterus terang kepadaku!” Li berlutut
dan meminta Cheng menerimanya sebagai murid Pa Kua Cang.
Sejak peristiwa itu, ia tinggal di rumah Cheng. Namun
beberapa bulan kemudian, ia memanggil Li. “Marilah kita bicara, kamu datang
untuk mempelajari ilmu ku, dan aku senang. Meskipun demikian, nafsu makanmu
amat besar, dan aku tak dapat menerimanya. Lebih baik kau pulang ke rumah, dan
berlatih disana.”
Li tertawa mendengar itu, sekarang ia dapat pergi
meninggalkan rumah itu tanpa rasa bersalah.
Selama pemberontakan Boxer (Juli 1900), Cheng berada di ibu
kota saat tentara datang menyerbu dan membunuh serta merampok. Ia bersumpah
untuk mempertahankan negaranya dari musuh. Suatu hari, tentara membunuh
penduduk dengan sangat brutal. Tentara Jerman telah diperintah untuk membunuh
penduduk karena Yi Ho Tong tak mau bertempur. Mereka mengacau dan membakar
dimana-mana. Cheng sangat marah melihat kejadian itu.
Tengah malam, seorang diri ia pergi menuju patrol tentara
Jerman untuk menyerang dan membunuh banyak tentara. Para tentara yang marah
mengepung Cheng dengan senapan. Dengan tenang, Cheng menggunakan telapak
menusuk untuk menghalau mereka, lalu berputar, dan melompat ke dinding. Serta
pergi dengan mudahnya.
Setelah kematian Tung Hai Chuan, Cheng mengajar dan mengambil
alih murid-murid Tung di ibu kota bagian timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar