SUN LUN TANG :: Guru
Besar Tai Chi Chuan.
Juga dikenal dengan nama Fu Chuan, lahir tahun 1859, di
kabupaten Wan, propinsi Hopei, Cina. Masa-masa mudanya menyengsarakan, dan ia
pernah mengupayakan usaha gantung diri, namun berhasil digagalkan oleh seorang
pejalan kaki.
Beladiri akhirnya menjadi pelampiasan yang membuatnya lupa
akan kesengsaraan hidupnya. Saat berumur 15 tahun, ia sudah mempelajari Hsing I
Chuan dari seorang guru, Li Kuei Yuan. Tahu Sun punya bakat, Li mengirimnya
belajar kepada Kuo Yun Shen. Seorang guru besar yang mendidiknya sangat keras. Bila
guru Kuo mengendarai kuda, ia mengikat Sun pada ekornya, lalu berlari
dibelakang kuda mengikuti kemana guru Kuo pergi.
Selain itu, Sun juga mempelajari Tai Chi aliran Hao, dari
Hao Weizhen. Dan menciptakan gayanya sendiri dari keunggulan-keunggulan yang
pernah dipelajarinya lalu mengembangkannya. Ia akhirnya menciptakan aliran
sendiri, yakni aliran Sun.
Sun tidak hanya lihai beladiri tangan kosong. Ia juga ahli
pedang, dan merupakan penunggang kuda serta pemanah yang baik. Di sebutkan oleh
Putri Sun, waktu mereka naik kereta dari Mukalen ke Peking saat mengawal
presiden dari Republik, Sun menembakkan 100 anak panah melalui jendela dan
tepat mengenai 100 burung.
Sekali waktu, di tahun 1930, datanglah 6 ahli beladiri
Jepang yang ingin menguji ketangguhan Sun. seseorang dari mereka melompat
keudara, dan menyatakan bahwa kekuatan tinju mereka bobotnya 1000 pound, dan
bobot tendangan mereka 800 pound. Lalu menyusul seorang lagi memukul sebuah
pilar batu hingga terpental sejauh 10 kaki, dan dilanjutkan menendangnya hingga
terpental lagi 8 kaki. Kemudian mereka berkata, “Sun Lun Tang, apakah anda
sudah mengakui kehebatan kami ?”
Sun hanya tersenyum dan memuji mereka, “Itu bisa dibilang
sebuah keahlian, tetapi bolehkah saya menunjukkan sesuatu yang lain ? Saya akan
berbaring di tanah, dua dari kalian memegang kaki saya, dua lagi memegang
tangan saya, dan satu lagi memegang kepala saya, sedang yang satunya memberikan
aba-aba.. satu.. dua.. tiga.. tarik! Bila nanti saya mampu bangun melompat,
maka saya menang. Tapi jika sebaliknya, kalian yang menang.
Selanjutnya mereka melakukan apa yang di instruksikan oleh
Sun. saat pemberi aba-aba baru sampai di hitungan kedua, Sun menggunakan ‘tubuh mengembang’ dari metode Pa Kua Cang untuk mempersiapkan
diri. Saat hitungan ketiga, energy mengembangnya sudah penuh. Lalu dengan menggunakan ‘Lompatan Kelabang’ Sun melenting ke udara. Kelima orang yang
kuat-kuat itu tak berdaya menahan Sun dan terjerembab ke tanah.
--------
TUNG HAI CHUAN :: Guru Besar Pa Kua Cang.
Lahir di propinsi Hopei, kabupaten Wen An, desa Chu Chia
Wu. Nama kecilnya adalah Tung Chi Te dan juga dikenal dengan nama Tun Han
Ching. Ia sudah mahir beladiri sejak muda, dan pada usia 20 tahun reputasinya
mengagumkan.
Menurut beberapa riwayat, Tung merupakan bagian dari para
pemberontak di pertengahan abad ke 19, dimana dia bergabung dengan tentara Nien
Timur. Dan terpilih untuk diselundupkan kedalam istana Cing sebagai mata-mata. Ia
mengatur gerakan-gerakan tertentu dari istana bagi tentara-tentara pemberontak.
Sampai pada akhirnya ia dipergoki dan kaisar memerintahkan
pangeran Su Wang untuk menangani masalah ini. Tertarik dengan keterampilan dan
kepribadian Tung, pangeran tidak jadi menghukumnya. Malah dijadikan kepala
keamanan di istana kekaisaran. Meskipun begitu, Tung punya kepribadian yang
keras, dan isu-isu jelek juga bertebaran untuk merusak namanya karena iri hati
dari orang-orang lama, keberadaan Tung tidak diterima oleh rekan-rekan barunya.
Pangeran lalu memindahkan Tung sebagai pengawal pribadinya.
Pada awalnya kalangan istana tidak mengetahui kemampuan
Tung. Namun suatu waktu, saat istana sedang mencari guru beladiri, seorang guru
beladiri bernama Sha Hui Hui mengirimkan istrinya dan surat pengantar. Pangeran
Su Wang lalu tertarik dan mengundang Sha Hui Hui untuk memperagakan
kemampuannya. Puas, pangeran lalu memperkerjakannya di istana.
Tak lama kemudian pangeran menjanjikan penampilan guru Sha
kepada teman-temannya pada waktu yang telah ditentukan. Saat acara yang telah
ditentukan itu dilaksanakan, halaman istana penuh sesak oleh rakyat yang ingin
menyaksikan kemahiran guru Sha dalam memperagakan beladirinya. Sehingga tak ada
celah untuk masuk kesana atau menerobos. Saat pangeran memerintahkan pelayan
untuk menjamu teh untuk tamunya, tak ada satupun pelayannya yang sanggup
menerobos kerumunan tersebut. Melihat itu, Tung melompat ke atap dan turun
kehalaman sambil membawa perangkat teh tanpa tumpah.
Melihat kejadian itu, pangeran takjub dan yakin kalau Tung
bukan orang sembarangan. Ia meminta Tung memperagakan keahliannya. Para
penonton takjub dengan gerakan Tung yang bergerak seperti awan dan air yang
mengalir. Antusiasme mereka kepada Tung membuat Sha cemburu. Ia berang dan menantang Tung bertarung. Tetapi
hanya beberapa gebrakan Sha takluk. Dan menyadari bahwa ia bukanlah tandingan
Tung.
Pada waktu yang lain, saat keluarga kerajaan mengundang
Tung ke kediaman mereka, baik laki-laki
atau perempuan belajar kepada Tung. Suatu hari, saat sekumpulan orang sedang
duduk-duduk di loteng, mereka mendengar suara bayi tertawa pada sisi atapyang
lain dan membuka jendela untuk melihat apa yang terjadi. Mereka melihat Tung sedang
tertawa menggendong bayi di punggungnya sambil
melompat-lompat di atas atap. Ia berkata, “Saya akan menaiki awan bersamamu
agar kita dapat tertawa bersama.” Melihat tingkah Tung, bayi itu semakin keras
tertawa karena senang. Keesokan harinya mereka semua menemui Tung dan minta
diajari menunggang awan, tetapi Tung menampik.
Pada saat yang lain juga, Tung sedang berdiskusi dengan
murid-muridanya tentang beladiri. Tetapi ia merasa terganggu karena ada kicauan
sekelompok burung yang amat keras suaranya. Tung langsung melompat ke atas atap
dan menangkap 3 ekor diantaranya. Murid-muridnya amat tertarik dengan ilmu itu,
dan mereka memohon untuk belajar kepada Tung. Tetapi ia berkata, “Untuk apa
kalian mempelajari ilmu ini ? Apa kalian mau jadi pencuri ?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar