Kisah Dua Muadzin
Nabi SAW :: Bilal bin Rabbah Al Habsyi.
Demikianlah Bilal bin Rabbah, muadzin Nabi SAW, dengan
kesempurnaan ittiba’ dan mahabbahnya kepada Rasulullah SAW telah
menghantarkannya kepada kedudukan yang tinggi di sisi Allah.
Ia mulanya budak berkulit hitam milik Ummayah bin Khalaf.
Asal Ethiopia sekarang, sedang dizaman itu disebut Habasyah. Dan ada juga yang
menyebutnya Abbisinia. Maka dari itu, ada juga yang menambahkan kata Al Habsyi
di akhir namanya, sebagai pertanda dan penghormatan terhadap asal daerahnya.
Seperti layaknya nama Salman Al Farisi dengan menambahkan kata Al Farisi yang
berarti Persia, sehingga kurang lebih namanya itu berarti ‘Salman orang Parisi (Persia)’. Sedangkan Bilal bin Rabbah Al
Habsyi berarti ‘Bilal anak Rabbah dari
Habasyah’.
Ia dimerdekakan Abu Bakr Ash-Shiddiq setelah mendapat kabar
bahwa ia disiksa oleh Ummayah bin Khalaf dengan cara di jemur tanpa baju
dipanas terik. Sedang badannya dihimpit batu besar, lalu Bilal pun bertahan
dengan menyeru ‘Ahad!’ berulang-ulang.
---------------------------------------------------------------------
Pada suatu malam, jauh sepeninggal Rasulullah SAW yang
wafat, Bilal bin Rabbah bermimpi bertemu Rasulullah SAW.
“Bilal, sudah lama kita berpisah. Aku rindu kepadamu,”
demikian Rasulullah berkata didalam mimpi Bilal.
“Wahai Rasulullah, aku pun sudah teramat rindu bertemu dan
mencium aroma tubuhmu,” kata Bilal.
Setelah itu, mimpi itu berakhir begitu saja. Bilal diliputi
perasaan gulana setelah terbangun dari tidurnya. Sehingga dadanya sesak tak
dapat menahan rindu kepada Rasulullah yang telah lama meninggalkannya didunia.
Getaran itu benar-benar terasa dahsyat. Batin dan tubuhnya terguncang.
Keesokan harinya, Bilal menceritakan mimpi itu kepada salah
seorang sahabat yang lainnya. Bagai angin, cerita tentang mimpi Bilal ini
segera saja memenuhi ruang kosong kota Madinah. Seluruh penjurunya.
Mendadak kota Madinah mengharu biru. Bilal telah
menghidupkan kenangan mereka akan Rasulullah. Rasanya baru kemarin saja
Rasulullah pergi wafat meninggalkan mereka. dan seluruh penduduk Madinah sibuk
dengan kenangan mereka masing-masing, akan Rasulullah. Dan bilal, sama seperti
mereka. mengharu biru kembali mengenang Rasulullah.
Menjelang senja, penduduk kota Madinah sepakat untuk
meminta Bilal mengumandangkan adzan kembali jika waktu maghrib tiba. Padahal
Bilal telah cukup lama tidak mengumandangkan adzan lagi, sejak Rasulullah
wafat. Seolah penduduk Madinah ingin menggenapkan kenangan tentang Rasulullah,
dengan mendengarkan kumandang adzan dari pita suara Bilal.
Akhirnya, setelah diminta dengan memaksa, Bilal menerima
permintaan mereka. dan beliau bersedia menjadi muadzin kali itu.
Senja pun datang menghantar malam, dan Bilal
mengumandangkan adzan.
Tatkala suara Bilal menggema seantero Madinah, seketika
Madinah tersekat sejuta memori. Hampir seluruhnya menitikkan air mata.
“Marhaban ya Rasulullah,” bisik salah satu diantara mereka.
Mungkin, ada yang bertanya; Kenapa mereka begitu haru
mendengar suara Bilal saat mengumandangkan adzan?
Alasannya sederhana; jika Bilal mengumandangkan adzan, itu
artinya Rasulullah masih hidup bersama mereka. tiada orang yang dipercayakan
Rasulullah untuk mengumandangkan adzan, kecuali Bilal, dan Abdullah Ibnu Ummi
Maktum. Karena setelah Rasulullah wafat, Bilal tidak lagi mau mengumandangkan
adzan untuk siapapun, kecuali hanya untuk Rasulullah.
Dan saat itu, dikala suara Bilal berkumandang kembali, itu
artinya Rasulullah telah hadir kembali ditengah-tengah mereka.
---------------------------------------------------------------------
Sebenarnya ada sebuah kisah yeng membuat Bilal menolak
mengumandangkan sepeninggal Rasulullah. Waktu itu, saat malaikat maut beberapa
saat setelah menjemput Rasulullah SAW, Bilal mengumandangkan adzan.
Saat itu jenazah Rasulullah belum dimakamkan. Satu persatu
lantunan kalimat adzan mengumandang sampai pada kalimat, Asyhadu anna Muhammadarrasulullah, tangis penduduk Madinah yang
mengantar jenazah Rasulullah pecah. Bagai Guntur yang ingin membelah langit
Madinah.
Setelah Rasulullah SAW dimakamkan, Abu Bakr meminta Bilal
untuk mengumandangkan adzan.
“Adzanlah, wahai Bilal,” perintah Abu Bakr.
Bilal pun berkata, “Jika engkau dulu membebaskan diriku
demi kepentinganmu, aku akan mengumandangkan adzan. Tapi jika demi Allah kau
dulu membebaskan aku, biarkan aku menentukan pilihanku.”
“Hanya demi Allah aku membebaskanmu, Bilal,” kata Abu Bakr.
“Maka biarkan aku memilih pilihanku. Sungguh, aku tak ingin
mengumandangkan adzan untuk siapapun sepeninggal Rasulullah.” Bilal
melanjutkan.
“kalau demikian, terserah apa kehendakmu.” Kata Abu Bakar.
---------------------------------------------------------------------
Ia lahir 43 tahun sebelum hijrah. Berpostur tinggi kurus,
berkulit hitam, pelipisnya tipis, dan rambutnya lebat. Ibunya juga sahaya,
milik seorang bernama Ummayah bin Khalaf dari Bani Jumuh. Ia menjadi budak
sampai akhirnya mendengar ihwal Islam, menemui Rasulullah dan mengikrarkan diri
masuk Islam.
Kisahnya yang paling spektakuler dan menentukan adalah saat
disiksa oleh Ummayah bin Khalaf dengan cara membiarkannya dijemur di tengah
gurun pasir selama beberapa hari. Perutnya ditindih dan diikat sebuah batu
besar beserta lehernya dengan tali.
Selama berhari-hari disiksa, Bilal hanya memohon kepada
Allah, dan lisannya hanya mengucapkan, “Ahad.. Ahad..”
Abu Bakr menyaksikan penderitaan itu, sehingga ia
memerdekakan Bilal. Sedang mantan tuannya, Ummayah bin Khalaf, tewas ditangan
Bilal sendiri saat perang Badar. Ditengah pasukan dan senjata yang
berseliweran, ia berteriak memanggil nama Ummayah dengan lantang. Melihat
gelagat Bilal yang seakan lupa kalau ia dulu adalah budaknya, Ummayah naik
darah dan menemui Bilal. Duel, lalu Ummayah tewas.
---------------------------------------------------------------------
Setelah merdeka, Bilal mengabdikan dirinya untuk Allah dan
Rasul-Nya. Kemana pun Rasulullah pergi, ia selalu berada disisinya. Karena itu
sahabat yang lain pun sangat memuliakan Bilal. Sebagaimana mereka memuliakan
Rasulullah.
Ketika Masjid Nabawi selesai dibangun, Rasulullah
memerintahkan Bilal mengumandangkan adzan sebagai pertanda waktu shalat 5 waktu
telah tiba. Karena ia memiliki suara yang merdu. Maka dari itu, ia mendapat
julukan Muadzdzin ar-Rasul (Muadzin-nya
Rasul). Ia menjadi muadzin pertama dalam sejarah Islam.
Ketika peristiwa Fathu Makkah (Pembebasan Makkah),
Rasulullah berjalan didepan pasukan bersama Bilal. Saat memasuki Ka’bah,
Rasulullah hanya ditemani 3 orang saja; Utsmah bin Thalhah, Usamah bin Zaid,
dan Bilal bin Rabbah.
Tak lama kemudian, waktu zhuhur pun tiba. Ribuan orang
berkumpul, termasuk kaum Qurays yang baru saja masuk Islam. Pada saat yang
bersejarah itu, Rasulullah meminta Bilal agar naik keatap Ka’bah, dan
mengumandangkan adzan. Ia beranjak dan melaksanakannya dengan senang hati.
Suara Bilal, adalah adzan pertama dalam Islam yang
berkumandang di Kota Makkah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar