Pagi hari itu (Selasa, 18 September 2012), saya sempatkan diri
untuk meng-update status di salah satu jejaring social popular facebook, mengambil kata-kata yang pernah
diucapkan Ahok (calon wakil gubernur DKI pasangan Jokowi) pada salah satu wawancaranya
di stasiun TV.
Kata Ahok, “Saya punya warisan sosial dari Bapak saya. Karena
semasa hidup, beliau memiliki pergaulan dan jiwa sosial yang sangat tinggi.
Terutama kepada masyarakat yang kurang mampu. Dan cara saya menghargai warisan
itu adalah dengan melakukan hal yang sama.”
Saya mengingat betul apa yang dia katakan. Yah, mungkin untuk
beberapa kata terdapat kesalahan. Barangkali saya menambahkan. Tetapi paling
tidak, maknanya demikian.
Pria yang bernama Indonesia Basuki Tjahaya Purnama (BTP) ini,
merupakan tokoh Tiong Hoa Indonesia yang sukses dalam dunia politik dan bisnis
tanah air. Sebelumnya ia sempat menjadi bupati kabupaten Belitong Timur periode
2005 – 2010. Namun menjelang masa jabatannya habis, ia melepaskan jabatan
tersebut dan terjun dalam pemilihan gubernur Bangka Belitung sekalipun pada
akhrinya ia kalah.
Memasuki tahun 2012, Ahok, sapaan akrabnya, meramaikan berita
nasional dengan masuk sebagai calon pada bursa pemilihan gubernur DKI,
berpasangan dengan Joko Widodo (Walikota Solo, Jawa Tengah). Lolos pada putaran
pertama, Ahok bersiap diri untuk kembali turun bertempur pada pilgub putaran
kedua tanggal 20 September mendatang.
Then, kita beralih
ke isu yang lain. Dunia internasional sedang kisruh, terutama bagian Timur
Tengah yang pada akhirnya menyerempet sampai ke Indonesia dan Australia. Libya
“menewaskan” seorang diplomat AS beserta 3 stafnya setelah kedutaan besar
mereka yang ada di Benghazi, Libya, ditembak roket orang tak dikenal. Unjuk
rasa berdarah juga terjadi di Tunisia dan Mesir. Tak ketinggalan juga, ratusan
massa dan ormas keagamaan dari berbagai kalangan termasuk mahasiswa beberapa universitas
mengamuk di Jakarta, Medan, dan kota-kota lain. Sasarannya sama, Amerika dan
orang Amerika Serikat.
Pemicu kekisruhan itu tak lain akibat munculnya film Innocence of Muslims. Nakoula Besseley
Nakoula diperkirakan terlibat besar dalam pembuatan film controversial ini
sebagai sutradara. Termasuk situs Youtube juga dikecam karena seolah-olah melakukan
pembiaran diunggahnya dan tayangnya video trailer serta cuplikan film tersebut.
Film ini setidaknya melakukan 3 kesalahan besar yang
menyakiti hati milyaran umat Muslim di dunia. Pertama, mencitrakan Rasulullah
Muhammad SAW sebagai orang yang haus darah, suka peperangan, pemerkosa, dan
memiliki kelainan seksual. Yang mana, citra tersebut bertentangan dengan riwayat-riwayat
yang ada, termasuk dari Al-Qur’an, hadits, dan catatan-catatan para sejarawan. Kesalahan
yang kedua, melakukan visualisasi sosok Rasulullah SAW dengan wujud fisik.
Ulama dunia sepakat itu haram sejak generasi Islam shaf pertama terdahulu.
Karena dikhawatirkan akan menimbulkan pengkultusan gambar/lukisan atau
seseorang, bahkan patung jika ada yang memahatnya menyerupai beliau.
Dan kesalahan yang ketiga adalah, menyebarkan fitnah ini
sebagai lelucon!
Kaitannya dengan kata Ahok tadi ?
Sederhana dan simple. Ahok mengatakan, apa yang ia lakukan
sekarang merupakan citra positif dan apa yang diwariskan Ayah pada anaknya. Ia merasa
diwariskan berupa warisan sosial yang mana semasa hidup, sang Bapak adalah orang
yang memiliki jiwa dan pergaulan sosial yang tinggi.
Sebagai umat Muslim, kita juga punya warisan yang diwariskan
oleh Rasulullah sebagai penghulu. Secara mutlak, warisan itu adalah Al-Qur’an
dan Sunnah, yang harus dijadikan pegangan seumur hidup. Itu sendiri diucapkan
oleh beliau ketika memasuki masa sakit 13 hari menjelang wafat.
Namun secara luas, warisan yang beliau wariskan juga mencakup
ilmu, akhlak, sosial, budaya, serta kebiasaan-kebiasaan lain, yang terbentuk
dalam berbagai monument dan kenangan. Cara beliau berjalan, berbicara, makan,
menyambut tamu, dan tersenyum, semuanya tersimpan dan terwariskan dengan baik.
Semasa Abu Bakar Ash-shiddiq menjabat sebagai khalifah
pertama, tak lama setelah Rasulullah wafat, beliau menjalankan semua kebiasaan
dan perbuatan apa saja yang pernah Rasulullah lakukan sebagai umara’ umatnya di
Madinah. Beliau bertanya kepada para sahabat, istri Rasul yang masih hidup,
anaknya sendiri, dan masyarakat Madinah pada umumnya. Bahkan karena saking
kuatnya warisan itu tertanam, beberapa waktu setelah beliau wafat, mu’adzin
pertama asal Habasyah dalam sejarah Islam, Bilal bin Rabbah enggan
mengumandangkan adzan lagi.
Baginya, lantunan suara adzan yang keluar dari getar
tenggorokannya itu hanya dipersembahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW semata. Jadi,
jika ada suara Bilal, maka disana ada sosok Rasulullah. Saat Rasulullah wafat,
ia merasa tak punya motivasi lagi untuk mengumandangkan adzan karena saking
sedihnya. Tiap-tiap kalimat akan
mengingatkannya pada sosok yang indah itu. Abu Bakr Ash-shiddiq pernah
membujuk Bilal untuk mengumandangkan adzan lagi. Tapi ia berkata ;
“Jika dulu engkau memerdekakann aku sebagai budak karena
keinginanmu, maka aku akan melakukannya demi engkau. Tapi jika engkau
memerdekakan aku sebagai budak karena Allah, biarlah aku yang memutuskannya
sendiri.”
Abu Bakr, menjawab, “Aku menebusmu demi Allah.”
Dan akhirnya Bilal pun tak berhasil dibujuk untuk
mengumandangkan adzan lagi.
Semasa penaklukan Makkah, Rasulullah meminta Bilal untuk memanjat
ke atas ka’bah dan agar mengumandangkan adzan zhuhur, sekaligus menjadi adzan
yang pertama di Makkah pasca Islam didakwahkan. Kepercayaan dan keyakinan
Rasulullah yang memberikan peran penting seperti itu lah yang membuat Bilal
mencintai beliau. Ia mendedikasikan tiap getaran adzannya untuk Muhammad SAW. Ia
merasa dihargai, padahal latar belakangnya ada budak kulit hitam.
Bahkan saking lengketnya kesetiaan Bilal kepada Rasulullah, masyarakat
pun tahu Setiap ada suara Bilal yang sedang mengumandangkan adzan, maka di sana
ada Rasulullah yang bersiap-siap mengimaninya. Kemana Rasulullah pergi, Bilal
setia menemani sekaligus melindungi.
Maka tak pelak, saat Bilal bermimpi bertemu Rasulullah yang
menyatakan bahwa ia rindu dengan suara adzannya, ia kembali mengumandangkan adzan
setelah bertahun tidak lagi melantunkan adzan di langit Madinah. Reaksinya luar
biasa.
Langit Madinah seakan terbelah karena pecahnya suara tangis
masyarakat. Suara Bilal kembali berkumandang. Mendadak aroma kota sesak dengan
kenangan Rasulullah semasa hidup. Tiap-tiap sudut kota ditinggalkan warisan
olehnya. Hati masing-masing penduduknya mengenang Rasulullah. Warisan yang
tertinggal pun hidup didalam hati mereka seketika.
Inilah alasan utama mengapa Bilal enggan mengumandangkan
adzan setelah Rasulullah wafat. Itu akan membuatnya menangis rindu tak
tertahankan. Jangankan Bilal, Madinah pun juga menangis rindu.
Jadi, wajar saja rasanya saat sosok yang mulia itu dijadikan
lelucon seperti ini, memancing reaksi negative jutaan umat di seluruh dunia. Mereka
merasa pewaris beserta warisannya di rusak dan dihina. kisah Bilal, merupakan sedikit dari banyaknya kisah-kisah lain yang membuktikan bahwa Rasulullah memang telah mewariskan banyak hal pada umatnya.
Dan tentu saja tak ada jalan lain. Setiap Muslim menanggung
warisan yang luar biasa nilainya. Jika kita menghargainya, tunaikan warisan itu
dengan baik. Jika Ahok saja bisa punya rasa bertanggung jawab dengan apa yang
pernah ditinggalkan Bapaknya, mengapa kita tidak ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar